”Komunikasi antara industri dan lembaga riset serta perguruan tinggi masih sulit,” kata Ketua Dewan Riset Nasional Andrianto Handojo saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (8/12).
Informasi ketersediaan dana dan bentuk riset yang dikehendaki industri kurang tersampaikan kepada peneliti ataupun lembaga induk mereka. Padahal, perguruan tinggi negeri dan swasta di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2009 memiliki hampir 160.000 dosen berbagai bidang ilmu.
Di perguruan tinggi negeri, terdapat lebih dari 38.000 dosen berkualifikasi master dan 10.000 berkualifikasi doktor. Di perguruan tinggi swasta, ada 38.000 master dan 3.000 doktor.
Menurut Andrianto, industri ataupun lembaga riset dan perguruan tinggi memiliki cara pikir dan budaya berbeda. Sebagian ilmuwan menggemari bidang-bidang kajian tertentu tanpa peduli dapat dimanfaatkan atau tidak oleh industri. Adapun industri fokus mencari penelitian yang bisa diimplementasikan sesuai kebutuhannya.
Andrianto menyatakan, kendala itu dapat diselesaikan lewat dialog dan kemitraan intensif antara peneliti dan industri.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Institut Teknologi Bandung Wawan Gunawan A Kadir menambahkan, komunikasi antara peneliti dan industri tidak harus dilakukan dalam suasana formal. Banyak kerja sama riset di ITB justru berasal dari perbincangan santai di sela-sela kegiatan formal, seperti kuliah umum atau kegiatan yang melibatkan industri.
Selain secara kelembagaan, komunikasi juga banyak dilakukan secara personal antara dosen dan pimpinan industri.
Di ITB, dana hasil kerja sama riset dengan industri kini lebih mendominasi. Pada 2008-2009. sekitar Rp 40 miliar dari Rp 60 miliar dana riset ITB bersumber dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Riset dan Teknologi. Tahun 2011, jumlah dana riset ITB sama, tetapi dana dari dua kementerian itu Rp 17,5 miliar, sedangkan sisanya dari industri.