Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Nyontek" Juga Korupsi "Lho"...

Kompas.com - 16/12/2011, 02:03 WIB

Rihanna (16), siswa kelas I SMAN I Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sudah lupa sejak kelas berapa ia mencontek. Yang pasti, kebiasaan buruk menyembunyikan buku di balik bangku saat menghadapi ujian itu sudah dilakoninya sejak di sekolah dasar. Kalau tidak membuka buku, sekali-kali ia melirik jawaban milik teman sebangku.

”Sampai sekarang masih sering nyontek, he-he-he. Kadang-kadang walau sudah belajar semalaman, jawabannya masih salah,” ujarnya malu-malu.

Fahmi Arif (16), pelajar lainnya dari SMK Budi Tresna, Cirebon, menyesal karena selama ini malas belajar dan lebih banyak mengandalkan contekan dari kawan. ”Rasanya malu kalau mau mencontek lagi. Ternyata, mencontek itu bagian dari korupsi. Saya enggak mau nanti kalau besar jadi koruptor,” ujarnya. Sekalipun mengaku sulit belajar karena mudah lupa, Arif bertekad tak mau mencontek lagi. ”Enggak lagi ah, malu saya. Biar nilai jelek juga enggak apa-apa,” katanya.

Rihanna dan Arif adalah peserta dari 150 siswa setingkat sekolah menengah atas (SMA) di Kabupaten Cirebon yang mengikuti sosialisasi antikorupsi bertema ”Berani Jujur Itu Hebat!”, Rabu (14/12), di aula Masjid Agung Sumber. Masjid yang berada di dalam kompleks pemerintahan Kabupaten Cirebon itu sejak pukul 09.00 sudah riuh dipadati siswa dari sejumlah daerah di Cirebon.

Puluhan siswa hadir pada acara yang difasilitasi Suara Pemuda Antikorupsi (Speak) bekerja sama dengan Transparency International Indonesia, Indonesia Corruption Watch, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Acara ini disertai penampilan Sindikat Musik Penghuni Bumi (Simponi), sebuah ikatan pemusik antikorupsi yang mengampanyekan nilai-nilai kejujuran melalui seni dan budaya.

”Hayoo, siapa di antara adik-adik ini yang masih suka mencontek?” kata Lia Toriana, fasilitator Speak yang kemudian dijawab dengan acungan tangan peserta. Ternyata hampir semua mengacungkan tangannya.

Acara ini juga memperlihatkan rekaman video perjalanan siswa-siswa SMAN III Surakarta mengungkap korupsi kepala sekolahnya pada tahun 2008.

Gafar Marta Salim, fasilitator dari ICW yang memberi materi dalam kegiatan itu, berharap bisa menjaring anak-anak muda pembaru. Dari interaksi selama kegiatan itu nantinya akan dipilih beberapa siswa yang menonjol dan menunjukkan integritas terhadap gerakan antikorupsi. Mereka inilah yang secara berkelanjutan dibina menjadi agen-agen antikorupsi.

Kegiatan sosialisasi ini dilakukan dengan tur ke tujuh kota, yakni Bandung, Cirebon, Brebes, Semarang, Salatiga, Yogyakarta, dan Solo. Kegiatan ini dilakukan secara maraton sejak 13 Desember di Bandung dan berakhir di Solo pada 19 Desember.

(Rini Kustiasih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com