Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sultan: Kebudayaan Tak Sebatas Seni

Kompas.com - 20/12/2011, 11:38 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com--Kebudayaan selama ini sering disalahartikan sebatas seni, padahal sesungguhnya kebudayaan meliputi seluruh aspek kehidupan, kata Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Segala hasil karya cipta, rasa, dan karsa atau akal budi dipahami sebagai kebudayaan," katanya dalam sambutan yang dibacakan kerabat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, GBPH Prabukusumo dalam acara penyerahan ’Anugerah Hamengku Buwono IX’ dari Universitas Gadjah Mada (UGM) kepada budayawan Goenawan Mohamad di Yogyakarta, Senin.

Dengan demikian, menurut dia, kemandirian bangsa dalam bidang kebudayaan dapat disebut sebagai perwujudan nyata hasil karya cipta, rasa, dan karsa Bangsa Indonesia yang bersumber dari genius lokal.

"Maksudnya adalah kemampuan Bangsa Indonesia dalam mengolah budaya lokal dengan berbagai budaya dari luar. Dari fakta sejarah itu tampaknya kemandirian bangsa di bidang kebudayaan harus terbuka dari pengaruh asing lewat dialog yang berkesinambungan," katanya.

Ia mengatakan tidak dapat dipungkiri "kapital" mampu melakukan perubahan secara massal. "Kapital" menjadi alat perubahan kebudayaan yang paling revolusioner.

"Berdasarkan pemikiran tersebut kemandirian kebudyaaan kita dihadapkan pada sesuatu yang pelik dan kompleks," kata Sultan yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Di satu pihak, menurut dia, ada idealisme agar kebudayaan berbasis genius lokal tidak tergusur, sedangkan di pihak lain globalisasi dan pasar bebas menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Akhirnya, kapitalisme mampu meningkatkan kualitas kebudayaan materiil mulai dari alat pertanian, alat rumah tangga hingga teknologi transoportasi dan komunikasi. Buktinya, hal itu telah mampu menggeser desa yang sangat lokal dan terpencil menjadi desa yang global.

"Di satu sisi kita melihat terjadinya fundamentalisme agama yang eksklusif, pertarungan dan perebutan kapital yang melahirkan terorisme, sedangkan di sisi lain kita juga melihat terjadinya penyesuaian bahkan tiruan budaya hampir di segala bidang kehidupan termasuk kehidupan politik," katanya.

Akhirnya, menurut dia, kemandiriian kebudayaan menjadi persoalan bangsa yang kompleks, karena keterlibatan kapitalisme penuh dengan monopoli dan hegemoni serta menciptakan tingkat kesenjangan yang tinggi.

Dalam konteks itu, kemandirian kebudayaan harus dilihat secara komprehensif sebagai wujud identitas suatu bangsa, di antaranya kemampuan masyarakat dan negara mengembangkan genius lokal di tengah kebudayaan yang terus berubah.

"Kesinambungan budaya harus terus disambung tanpa putus, sehingga membentuk sebuah cerita yang utuh dari kebudayaan kita yang dinamis," kata Sultan.

Pemberian "Anugerah Hamengku Buwono IX" kepada Goenawan Mohamad itu dalam rangka peringatan Dies Natalis Ke-62 UGM.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com