Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4,1 Juta Hektar Hutan Bakau Rusak

Kompas.com - 21/12/2011, 03:24 WIB

Jakarta, Kompas - Dari 7,7 juta hektar hutan bakau, dalam lima tahun seluas 4,1 juta hektar rusak. Hal ini meresahkan karena hutan bakau berperan penting bagi perekonomian masyarakat pesisir.

Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kementerian Kehutanan Billy Hindra, di Jakarta, Selasa (20/12), mengungkapkan, pemerintah baru mampu merehabilitasi 10.000 hektar hutan bakau per tahun. Oleh karena itu, kontribusi masyarakat sangat penting untuk merehabilitasi hutan bakau yang rusak.

Indonesia memiliki hutan bakau terluas di Asia Tenggara, yakni 7,7 juta hektar. Akan tetapi, pertumbuhan permukiman, aktivitas ekonomi, dan eksploitasi kayu bakau berlebihan untuk dijadikan arang menyebabkan hutan bakau tersisa 3,6 juta hektar.

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan saat kunjungan kerja ke Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Rabu (7/12), marah menyaksikan perambahan hutan bakau berstatus cagar alam untuk tambak. Sikap pragmatis warga, ditambah kepedulian pemerintah daerah yang rendah, menyebabkan hutan bakau yang juga berguna menahan tsunami semakin habis.

Pemerintah Jepang, melalui Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA), telah membantu pelestarian hutan bakau sejak tahun 1991. Kemhut dan JICA baru saja menandatangani proyek kerja sama konservasi dan pemanfaatan lestari hutan bakau senilai Rp 30 miliar mulai tahun 2011 hingga Juni 2014.

Pemerintah menargetkan kerja sama kali ini dapat membentuk Jaringan Bakau ASEAN (ASEAN Mangrove Network) untuk pelestarian bakau. Sebelumnya, Kemhut sukses menggagas Jaringan Hutan ASEAN (ASEAN Forest Network).

Kepala Subdirektorat Pengelolaan Hutan Mangrove Kemhut Eko Warsito menjelaskan, studi Institut Pertanian Bogor tahun 2008 menunjukkan, hutan bakau memiliki nilai ekonomi dan jasa lingkungan hingga Rp 1,6 miliar per hektar per tahun.

”Hutan bakau lestari juga bisa memperpanjang umur tambak intensif dari yang biasanya 5 tahun. Guguran daun menjaga kadar garam dan mengurangi terpaan panas matahari,” ujarnya.

Kepala Balai Pengelolaan Hutan Mangrove I Bali Sasmitohadi mengungkapkan, kerusakan hutan bakau langsung memengaruhi perekonomian masyarakat, terutama nelayan. Rehabilitasi hutan bakau secara intensif seperti di Surabaya dan Alas Purwo, Jawa Timur, dan Bali barat, Bali, mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kelompok ekowisata yang mengelola hutan bakau bisa berpenghasilan Rp 40 juta per bulan. Pada musim liburan, penghasilan mereka melonjak sampai Rp 100 juta per bulan. ”Ini dari usaha ekowisata saja,” ujarnya.

Penasihat program dari JICA, Takahisa Kusano, mengatakan, mereka memberikan bantuan teknis ini berawal dari permintaan Gubernur Bali yang resah dengan penggundulan hutan bakau. ”Kuncinya ada dua, mengamankan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan warga dari kemiskinan sehingga mereka lebih menyadari manfaat hutan bakau lestari,” ujarnya. (ham)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com