Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konversi Seluruh ISI Rampung Tahun 2012

Kompas.com - 04/01/2012, 08:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menargetkan konversi seluruh Institut Seni Indonesia menjadi Institut Seni dan Budaya Indonesia selesai tahun ini. Saat ini, pemerintah sedang menyiapkan tata kelola kelembagaan dan akademik yang baru.

ISI yang belum mempunyai program studi budaya diharapkan segera membuka program studi itu sebelum berubah menjadi ISBI. Keberadaan ISBI diharapkan menjadi salah satu sarana pengembangan warisan budaya bangsa.

”ISI yang ada akan diberi tugas tambahan. Tak hanya mengurusi kesenian, tetapi juga mengurusi kebudayaan. ISBI cakupannya lebih luas lagi,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh di Kantor Presiden, Selasa (3/1).

Mantan Rektor ISI Surakarta yang juga komponis, Rahayu Supanggah, mengungkapkan, perubahan ISI menjadi ISBI tidak menjadi masalah. Syaratnya, pemerintah mampu menciptakan kurikulum yang tepat. Seni memang tak bisa lepas dari aspek budaya dalam arti lebih luas, seperti antropologi, sosiologi, budaya industri, dan tata kelola pertunjukan.

Jadi, lanjut Rahayu, untuk menciptakan kreasi seni, seseorang harus berwawasan budaya kuat. Semasa masih menjabat, ia pernah menerapkan sistem pembelajaran terjun langsung ke masyarakat bagi mahasiswa seni tingkat akhir ISI Surakarta.

Latar belakang

Ada tiga hal yang melatarbelakangi konversi ISI ke ISBI. Pertama, ISBI diharapkan melakukan fungsi konservasi budaya, mulai dari menggali sampai merawat produk budaya dan seni. Kedua, ISBI diharapkan dapat mempromosikan dan membangun warisan budaya.

”Kita akan buatkan media dialog dengan budaya di dunia sehingga ada pengembangan,” katanya. Produk pengembangan warisan budaya itu akan menjadi media diplomasi kultural.

Ketiga, pengembangan warisan budaya hasil pengembangan ISBI diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Disinggung mengenai keberadaan fakultas ilmu budaya di universitas, Nuh mengatakan, hal itu tetap dipertahankan dan didorong terus tumbuh. ”Tak masalah kalau ada kesamaan. Harus diingat, ilmu budaya itu bagian dari universitas yang wadahnya lebih besar daripada institut. Institut lebih spesifik dan terbatas serta memiliki bidang keilmuan yang serumpun,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com