Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Terjal di Negeri Sendiri

Kompas.com - 04/01/2012, 09:15 WIB

Bagi Marsha, impian yang kandas untuk menimba ilmu kedokteran di negeri sendiri membuat dia berpaling pada tawaran dari Singapura. ”Saya tidak mau lagi kuliah di dalam negeri. Saya pikir, prestasi yang saya perjuangkan dengan gigih bisa memudahkan saya kuliah kedokteran di PTN, ternyata tidak terjadi,” kata bungsu dari dua bersaudara ini.

Meski sudah ada jaminan kuliah di Singapura, Marsha masih ingin mencoba tes masuk ke Massachusetts Institute of Technology Amerika Serikat. Di kampus itu tersedia banyak beasiswa tanpa ikatan.

Firman yang IPK-nya 3,78 di ITB sempat menyesali pilihannya untuk kuliah S-1 di dalam negeri. Sebelum lulus dari SMA, dia sudah mendapat tawaran kuliah bebas tes dan mendapat beasiswa dari National University of Singapore (NUS) dan Nanyang Technological University (NTU).

Akhirnya Firman memang mendapat kucuran beasiswa dari pemerintah mulai tahun 2010. Namun, uang Rp 25 juta untuk masuk ITB tetap tak kembali.

”Untuk jenjang S-2 saya mau kuliah di Amerika Serikat atau Jepang supaya ada pengalaman baru. Saya mau cari beasiswa luar negeri saja supaya lebih pasti,” kata Firman.

Firman mengutip nasihat temannya, peraih medali olimpiade fisika yang mempertahankan beasiswa yang diterima di MIT Amerika Serikat. ”Kata dia, kalau terima beasiswa pemerintah ribet, lebih baik terima beasiswa luar negeri saja, lebih lancar dan terjamin,” ujarnya.

Nursyamsuddin dari Humas SMAN 78 Jakarta mengatakan, banyak peraih medali OSI di sekolah itu yang memilih ”pinangan” perguruan tinggi luar negeri, terutama Singapura.

Dalam data penerima beasiswa OSI Kemdikbud tahun 2009-2011 tercatat, 36 orang kuliah di luar negeri, khususnya Singapura, dan 33 anak lain di dalam negeri.

Di dalam negeri, pilihan jurusan untuk masuk PTN tanpa tes dibatasi sesuai bidang olimpiade yang dimenangi. Selain itu, tak ada juga jaminan beasiswa yang pasti sejak awal.

Bagi sebagian besar peraih medali olimpiade, tawaran dari luar negeri dianggap lebih memberikan kepastian. Anugerah Erlaut, peraih medali perak dan emas dari Olimpiade Biologi Internasional, memilih tawaran kuliah dan beasiswa di NTU dengan ikatan kerja tiga tahun di Singapura pada tahun 2009.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com