Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Terjal di Negeri Sendiri

Kompas.com - 04/01/2012, 09:15 WIB

Firman pun terpaksa lebih sering di Jakarta dan meninggalkan sekolahnya. Hari-harinya dihabiskan untuk berkutat dengan soal teori dan eksperimen fisika yang levelnya untuk doktor. Sesekali, Firman kembali ke Makassar untuk menjalani ujian sekolah dan nasional.

Suharlan, Koordinator Olimpiade SMA di Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kemdikbud, mengatakan, tidak semua juara OSI mendapat beasiswa. Beasiswa hanya diberikan kepada OSI yang diakui Kemdikbud. Hal ini ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 62 Tahun 2009 tentang Pemberian Beasiswa kepada Peserta Didik Jenjang Pendidikan Menengah dan Tinggi Peraih Medali OSI.

Penyebabnya, untuk bisa mewakili Indonesia di ajang olimpiade, peserta harus ikut seleksi berjenjang, mulai dari tingkat sekolah, provinsi, nasional, hingga masuk dalam seleksi untuk ke olimpiade internasional. Olimpiade sains di jenjang pendidikan menengah yang diakui pemerintah adalah Olimpiade Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Informatika, Astronomi, dan Kebumian.

Peraih medali olimpiade yang bisa masuk tanpa tes ke PTN dan mendapat beasiswa pemerintah haruslah direkomendasikan Kemdikbud. Penerima beasiswa mendapatkan bantuan biaya sekolah, biaya buku, serta biaya hidup sesuai perguruan tinggi dan negara yang dipilih.

Dedi S Gumilar, anggota Komisi X DPR, mengkritik pemerintah yang tidak memiliki sistem pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia untuk mengakomodasi anak- anak cerdas dan berbakat.

Menurut Dedi, pemerintah tak cukup memberikan program beasiswa pendidikan. Pemerintah harus memiliki konsep dan desain untuk mengoptimalkan anak-anak cerdas dan berbakat untuk masa depan bangsa.

Ilmuwan Yohanes Surya mengingatkan pemerintah dan perguruan tinggi dalam negeri agar serius menghargai anak- anak bangsa yang berprestasi, seperti yang dilakukan Pemerintah China.

Menurut fisikawan dan pendiri Surya Institute ini, pemerintah harus memiliki tujuan yang jelas dalam mengasah anak-anak cerdas. Dengan demikian, Indonesia dapat menyiapkan ilmuwan di bidang sains dan sosial berkualitas dan berdaya saing di tingkat internasional untuk membangun Indonesia.

Yohanes mencontohkan, China memiliki program terencana untuk mengembangkan anak-anak cerdas sejak SD hingga dikuliahkan ke luar negeri. Anak-anak itu kembali membangun China karena pemerintah menyiapkan karier sesuai kebutuhan pembangunan negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com