Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil Esemka Jangan Dipolitisasi

Kompas.com - 09/01/2012, 19:46 WIB
Luki Aulia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mobil Esemka hasil karya siswa sekolah menengah kejuruan harus diawasi agar tidak terpengaruh intervensi politik negatif atau kepentingan pihak-pihak tertentu. Jika terpengaruh, prestasi anak bangsa akan terkubur dan produksi dalam negeri tidak akan pernah berkembang.

Hal itu dikemukakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, Senin (9/1/2012) di Jakarta.

"Jangan sampai karya anak-anak kita ini terpengaruh kepentingan bisnis dan politik. Produk pendidikan bisa digunakan untuk kepentingan politik. Kita pernah punya prestasi anak bangsa tetapi tenggelam karena ada intervensi politik. Semoga ini bisa jadi pelajaran bagi kita untuk menumbuhkan kesadaran baru," ujarnya.

Proses produksi mobil Esemka yang sedang menjadi perbincangan hangat, lanjut Nuh, telah dimulai sejak tahun 2009 di SMK dengan disiplin ilmu otomotif dan teknologi informasi. 

Pada tahun 2010 desain dimatangkan. Saat ini mobil Esemka itu berada di tahap teknis termasuk uji teknis kelayakan baik standar nasional (SNI) karena setiap komponen harus memenuhi standar. "Sekarang hanya tinggal proses administrasi saja," ujarnya.

Untuk melengkapi proses produksi mobil Esemka hingga tahap akhir pabrikasi massal, kemendikbud akan bekerja sama dengan kementerian perindustrian, kementerian perhubungan, kementerian lingkungan hidup, kementerian riset dan teknologi, dan BPPT.

Nuh menegaskan pihaknya tidak ingin hanya membuat satu mobil yang bagus tetapi dibuat secara massal dengan kualitas terbaik. Namun Nuh juga mengingatkan SMK tetaplah institusi pendidikan vokasi yang menghasilkan SDM dan bukan pabrik mobil. SMK berorientasi pada SDM yang memiliki keterampilan dan produk yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

"Orientasinya lebih menekankan keterampilan peserta didiknya," ujarnya. Selain mobil Esemka yang dihasilkan SMK pemerintah juga akan meluncurkan Nano Satelit pada tahun 2013 hasil kerja sama ITS, ITB, UGM, UI, dan politeknik.

Dengan teknologi nano, bobot satelit menjadi lebih ringan dan biaya yang dibutuhkan pun akan lebih murah. Nano Satelit ini akan digunakan untuk memantau cuaca. "Sekarang masih dibahas akan menggunakan peluncur milik China atau India," kata Nuh. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com