Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghadapi Si Kecil yang Bersikap Semaunya

Kompas.com - 11/01/2012, 09:38 WIB

KOMPAS.com - Tanya: Saya seorang ibu rumah tangga. Putri saya berusia dua tahun tujuh bulan. Di usia batita ini, anak saya begitu senang bereksplorasi. Menurut literatur yang saya baca, memang begitulah seiring dengan tahap perkembangannya. Akan tetapi, terkadang polahnya membuat kami "agak kewalahan". Misalnya, menghadapi sikapnya yang semaunya.

Usai mandi pagi, dia ngotot hanya mau pakai baju yang berbahan tebal kesukaannya. Padahal, dengan mengenakan itu, ia jadi mudah berkeringat. Kami sudah coba memberikan alternatif, tapi ya itu, ia tetap pada pendiriannya. Kemudian, ketika sarapan, ia makan semaunya. Ketika ia hanya makan tiga suap dan stop tak mai lagi, ia tidak bisa "dipaksa" padahal sudah coba dibujuk.

Ketika bermain, contoh lainnya, ia memberantakkan mainannya sehingga ruangan tengah rumah kami seperti "kapal pecah". Kami sudah coba mengajaknya baik-baik untuk kembali membereskan  mainan, tapi apa daya, ia seolah cuek dengan sikap yang semaunya.

Bagi kami sebagai orangtua baru, hal-hal sedehana ini kadang memicu amarah, tapi kami berusaha tahan. Kalau sudah memuncak, biasanya saya mencoba menghindar atau menjauh untuk mengendurkan urat-urat yang sudah mulai menegang. Kami mau minta saran bagaimana menghadapi anak usia ini yang begitu ekspresif, energik, dan bersikap semaunya.

(Dewi-Yogyakarta)

Jawab:
Dewi baru mempunyai satu anak dan merasa kewalahan menghadapi ulahnya yang "keras kepala" sehingga membuat Dewi kehilangan kesabaran. Dalam hal ini dia ingin memakai baju yang tebal sehabis mandi, biarkan saja, karena dia yang merasakan sendiri tubuhnya berkeringat, asalkan tidak membuatnya menderita biang keringat.

Ketika makan, dia hanya mau tiga suap, sediakan saja makanan dalam porsi tiga suap sesuai keinginannya, tidak apa-apa, sebab dalam hal ini dia yang bisa menakar kebutuhannya. Letakkan penganan lain di meja yang mudah ia jangkau, sehingga ketika lapar, dia akan mengambil sendiri makanan itu.

Dalam hal membereskan mainan, ini yang perlu disiasati agar dia mau bertanggung jawab terhadap mainannya. Pertama, menata penyimpanan mainan, sebaiknya dipilah-pilah berdasarkan jenisnya, misalnya mobil-mobilan dalam satu wadah, balok-balok mainan dalam satu wadah, dan seterusnya. Tujuannya, agar lebih mudah memilih apa yang ingin dimainkan dan anak belajar melakukan pengelompokkan.

Kedua, biarkan dia memilih mainan yang ingin dimainkan. Dalam hal ini Dewi perlu bersikap tegas sebab dia harus belajar memutuskan apa yang akan dilakukan dengan mainan apa. Ketiga, pada waktu dia bermain tidak usah segera dibereskan mainannya. Akan tetapi, hal ini bergantung pada pola kegiatan anak. Apakah dalam sehari dia berulang kali mengeluarkan mainannya? Mungkin saja dia belum ingin menyudahi permainannya dan ingin dilanjutkan di waktu lain, misalnya sore hari. Apabila demikian kebiasaan anak, maka boleh saja mainan dibiarkan dulu sampai menjelang tidur, baru dibereskan bersama-sama.

Selain ketiga hal di atas, Dewi perlu memerhatikan nada bicara ketika mengajak anak membereskan mainan, atau membujuk untuk melakukan berbagai kegiatan yang tidak segera dia ikuti. Bila nada bicara orang dewasa terkesan memaksa, tidak sabar, terburu-buru, maka anak semakin menolak bekerja sama.

Apabila Dewi tidak bisa mengatasinya, cobalah konsultasi dengan psikolog anak yang berpraktik di Yogya. Jangan pernah putus asa, sebab kadang kala ulang anak yang negatif hanya berlangsung sementara waktu. Tapi Dewi perlu bersikap tegas pada anak, mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dia lakukan.

(Dra Mayke S Tedjasaputra,Msi/Play Therapis dan Psikolog)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com