Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mewahnya Ruang Banggar Diusulkan 4 Anggota

Kompas.com - 17/01/2012, 18:30 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mewahnya ruang kerja Badan Anggaran atau Banggar di Gedung Nusantara I Dewan Perwakilan Rakyat disebut diusulkan oleh empat anggota DPR kepada Sekretariat Jenderal DPR sebagai pelaksana renovasi. Hal itu diketahui saat Badan Kehormatan DPR (BK DPR) mengklarifikasi Sekretaris Jenderal DPR Nining Indra Saleh beserta jajarannya di Komplek DPR, Selasa (17/1/2012).

"Ada pengusulnya. Kalau jumlahnya empat orang," kata Ketua BK M Prakosa seusai mengklarifikasi pihak Setjen DPR. Namun, Prakosa tak mau menjawab apakah empat anggota itu dari pihak Banggar atau bukan.

Sumirat, Kepala Biro Pemeliharaan Bangunan dan Instalasi Setjen DPR, mengatakan, pimpinan Banggar yang menentukan spesifikasi barang yang diajukan konsultan perencana dari PT Gubah Laras. Salah satunya yakni kursi impor seharga Rp 24 juta per unit.

Ketika pernyataan Sumirat itu dikonfirmasi, Prakosa menjawab, "Keterangan Sumirat pegang saja. Yang dikatakan dia jangan ditanyakan saya lagi."

Prakosa mengatakan, pihaknya akan meminta klarifikasi empat orang itu. Pasalnya, dia mengatakan, ada dugaan ketidakpatutan dalam pelaksanaan proyek yang menghabiskan dana Rp 20,3 miliar itu. Jika mengacu pada aturan pemerintah, maka renovasi itu hanya memerlukan dana Rp 2,7 miliar. Namun, Prakosa menambahkan, angka itu membengkak lantaran ada tambahan berbagai barang, seperti furnitur, lampu khusus, peredam suara, sound system, dan CCTV.

"Sekarang kita telusuri usulan spesifikasi canggih ini dari mana. Kalau yang mengusulkan spesifikasi ini dengan spesifikasi yang berlebihan, ini bisa kita indikasikan ada hal yang tidak patut," kata politisi PDI-P itu.

Prakosa menambahkan, pihaknya sedianya meminta keterangan pimpinan Banggar pada siang tadi. Namun, mereka tidak bisa hadir dengan berbagai alasan.

Wakil Ketua Banggar Melchias Mekeng ketika dikonfirmasi mengenai pernyataan Sumirat menjawab, "Saya tidak mau menanggapi sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal sehat."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com