JAKARTA, KOMPAS.com - Dukungan pemerintah terhadap dunia penelitian dinilai masih sangat jauh dari apa yang diharapkan. Hal itu diungkapkan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), Iwa Sutardjo kepada Kompas.com, Kamis (19/1/2012), di Hotel Mulia, Jakarta.
Ia mengatakan, ada berbagai macam bentuk bantuan yang disalurkan pemerintah, baik melalui universitas mau pun fakultas. Meski demikian, kecilnya gelontoran dana dari pemerintah membuat para peneliti melakukan penelitian yang bersifat "ala kadarnya".
"Bantuan itu ada dari pemerintah mau pun swasta. Tapi, jika dikatakan cukup, jelas tidak cukup. Karena penelitian itu seperti dipaksakan," kata Iwa.
Iwa memaparkan, ada pihak swasta yang memberikan bantuan biaya penelitian kepada fakultasnya sebesar Rp 50 juta. Jika ukurannya untuk melakukan penelitian, jumlah tersebut tentu tak mempunyai arti yang besar. Akan tetapi, ia mengatakan, dana yang dimiliki harus disiasati agar semua dosen dapat terlibat dan melakukan penelitian dengan dana yang tersedia.
"Di FKG UGM ada 116 dosen, saya harus menyiapkan dana penelitian minimal Rp 7,5 juta untuk masing-masing dosen. Dana segitu tentu tak ada artinya, tapi setidaknya lumayan untuk memberikan stimuli," ujarnya.
Padahal, kata dia, penelitian sangat bergantung pada ketersediaan dana. Bahkan untuk kasus tertentu dana yang diperlukan dapat mencapai ratusan juta rupiah.
"Saya berharap pemerintah bertanggungjawab memberikan dana penelitian yang sebesar-besarnya. Atur peningkatan dana penelitian dalam RUU PT," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Dekan FKG Universitas Padjajaran (Unpad), Eky S Soeria Soemantri melontarkan pernyataan senada. Selain dana yang sangat terbatas. Para peneliti juga harus bersaing dengan peneliti lainnya dalam hal "menjual" proposal.
Ia menjelaskan, penelitian yang dilakukan oleh sebuah tim ataupun secara mandiri harus lolos penilaian tim seleksi dari pemerintah. Dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Dikti Kemdikbud).
"Persaingannya dari proposal. Karena dana baru akan cair jika topik penelitian kita dinilai berguna," ungkap Eky.
Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) ini menambahkan, dukungan pemerintah untuk penelitian masih jauh dari yang diharapkan. Menurutnya, hal itu terjadi lantaran pemerintah memiliki kewajiban membagi dana penelitian pada sekian banyak universitas, dan sekian banyak disiplin ilmu.
Untuk menyiasati, tambahnya, para peneliti harus jeli melihat celah. Pemerintah menyiapkan dana untuk para peneliti muda yang nominalnya di bawah Rp 15 juta. Tetapi ada juga dana yang nilainya jauh lebih besar. Pemerintah rela menggelontorkan dana sampai miliaran rupiah untuk para guru besar yang ingin melakukan penelitian. Dengan catatan, topik dari penelitian itu memang diperlukan, memiliki nilai kebaruan, dan sebagainya.
"Makin sulit penelitiannya maka makin banyak dana yang diperlukan," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.