Merakit komputer dan laptop tak asing lagi bagi siswa teknik komputer jaringan di SMKN 1 Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Selesai dalam 15 menit.
Kompetensi itu harus dikuasai di kelas X. Tak sekadar merakit, siswa juga harus bisa memperbaiki bila nanti bermasalah.
Perakitan komputer menjadi keunggulan SMKN 1 Cikarang Barat yang berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional. Yang mahir bisa merakit hingga 30 laptop per hari.
Bila pesanan banyak, siswa kelas XI dan XII dilibatkan. Sekolah ini pernah menerima order 5.000 unit lebih.
”Sebenarnya materi perakitan komputer ada di pelajaran program keahlian di kelas X. Jadi, siswa kami benar-benar merakit komputer, laptop, dan sekarang LCD proyektor, seperti mereka yang kerja di perusahaan,” kata Ade Hermawan Z, Ketua Kompetensi Keahlian TKJ SMKN 2 Cikarang Barat.
Semua komponen laptop, mulai dari mainboard/motherboard, hardisk, wifi (wireless), fan processor (pendingin prosesor), RAM (memori), kibor, hingga speaker, di setiap kardus dikirim dari perusahaan komputer tunjukan Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sebelumnya, para guru dilatih merakit oleh perusahaan komputer. Lalu, siswa dilatih selama seminggu. ”Selama perakitan, guru mendampingi. Hasilnya sesuai standar perusahaan,” ujar Ade.
Tahapan awal adalah perakitan. Pemasangan kabel-kabel data penghubung mainboard satu dengan yang lain krusial.
Rakitan laptop diserahkan ke bagian pengendalian mutu. Pada tahapan ini butuh waktu 5 menit. Siswa harus mengecek ada masalah atau tidak.
Seusai komputer dipastikan berfungsi normal, tahapan selanjutnya di bagian instalasi perangkat lunak. Siswa mengecek perangkat komputer dengan peranti lunak basic input output system.
Harus dipastikan hard disk dan prosesor terdeteksi. Selanjutnya komputer diinstal program Linux supaya tak berbayar. Tahapan terakhir pengemasan. Di sini dipasang merek komputer dan laptop rakitan.
Komputer rakitan dijual bermerek SMK Mugen dan SMK Zyrex (netbook). Adapun notebook bermerek SMK A*Note.
Siswa bergantian ditempatkan di empat tahapan. Tujuannya, siswa tak hanya bisa merakit, tetapi juga bisa mengecek dan menginstal program.
Komputer dan laptop rakitan ini disebar ke SMK di sejumlah daerah. Masyarakat umum pun bisa mendatangi pusat bisnis SMKN 2 Cikarang Barat untuk membeli dengan harga yang lebih murah.
Harga jual notebook rakitan Rp 3,9 juta, netbook Rp 2 juta, dan komputer Rp 3 juta.
”Permintaan paling banyak netbook. Untuk pembelian dari sekolah, kami juga ada pelayanan setelah penjualan,” kata Ade.
Kepala SMKN 1 Cikarang Barat Manito Puji Haryanto menjelaskan, perakitan komputer ini dimulai tahun 2008. Sekolah mengajukan proposal untuk diikutkan program Direktorat Pembinaan SMK Kemdikbud yang menggandeng perusahaan komputer dalam negeri.
Ada 75 SMK di Indonesia yang merakit komputer. SMKN 2 Cikarang Barat mendapat pesanan terbanyak.
Pada tahun 2011, sekolah ini menerima permintaan 4.000 unit. Ada tambahan baru merakit 500 LCD proyektor.
”Cara ini membantu pembelajaran di sekolah. Bahan praktik disediakan langsung. Keterampilan siswa bertambah. Sekolah juga punya jaringan luas dengan perusahaan-perusahaan komputer. Ini langkah awal yang membuktikan siswa SMK bisa diajak berkarya dengan standar industri,” kata Ade.
Potensi SMK tak sebatas merakit. Komponen komputer, seperti layar LCD, casing, dan kotak pengemasan, bisa diproduksi di SMK. Nirza Ramadhanti (15), siswa kelas X, menceritakan pernah merakit netbook hingga 13 unit per hari. Butuh 15 menit untuk satu netbook.
”Enggak kebayang bisa merakit komputer. Tapi, bisa juga,” ujar Nirza. Kemampuan merakit siswa-siswa ini adalah modal. Bergantung pada visi dan misi pemimpin negeri.