Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karya Ilmiah di Jurnal Diusulkan Bertahap

Kompas.com - 09/02/2012, 08:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kebijakan untuk meningkatkan karya ilmiah di jenjang perguruan tinggi sepenuhnya didukung perguruan tinggi. Namun, pemerintah diminta realistis dengan melihat kondisi perguruan tinggi yang beragam, termasuk perguruan tinggi di Jawa dan luar Jawa.

Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTSI) Edy Suandi Hamid, Rabu (8/2/2012), mengatakan, kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendorong peningkatan jumlah karya ilmiah di jurnal merupakan terobosan yang baik. ”Namun, persoalannya, daya dukung belum siap. Semestinya kebijakan yang bertujuan baik itu dilakukan secara bertahap,” kata Edy.

Sesuai surat edaran Direktur Jenderal Dikti, setelah Agustus 2012, agar lulus program sarjana, harus dihasilkan karya ilmiah yang terbit pada jurnal ilmiah. Adapun program magister di jurnal nasional dan doktor di jurnal internasional. Penerbitan karya ilmiah bisa di jurnal online.

Edy mengingatkan, banyak perguruan tinggi swasta kecil yang akan kesulitan memenuhi ketentuan tersebut. Hal ini bisa saja berakibat pada banyak mahasiswa yang terhambat kelulusannya.

”Kesiapan daya dukung ini yang mesti diperhitungkan dengan cermat. Bukan cuma soal jumlah jurnal yang terbatas, melainkan juga bagaimana kesiapan pengelola ataupun reviewer-nya? Bisa saja dipaksakan, tetapi nanti yang ada jurnal abal-abal,” kata Edy yang juga Rektor Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Ambil sikap

Edy menambahkan, APTSI akan mengambil sikap terkait kebijakan Dirjen Dikti tersebut. Pada akhir pekan ini, APTSI bakal menggelar pertemuan nasional di Padang, Sumatera Barat.

Pejabat Rektor Universitas Cenderawasih Festus Simbiak mengakui tujuan pemerintah bagus karena dapat juga mencegah plagiarisme karya ilmiah. Namun, kewajiban untuk menerbitkan karya ilmiah mahasiswa ke jurnal ilmiah semestinya tidak terkait dengan syarat kelulusan. Apalagi, kondisi tiap perguruan tinggi berbeda-beda.

Di Universitas Cenderawasih, untuk membuat jurnal online terkendala daya dukung internet yang masih belum memadai. ”Kami kerja sama dengan Telkom untuk peningkatan kapasitas internet,” ujar Festus.

Kesiapan sumber daya pengelola jurnal ilmiah ataupun jurnal online di kampus, kata Festus, juga perlu diperhitungkan. Kemampuan dosen dalam mengelola jurnal masih harus ditingkatkan, di sisi lain pasokan karya ilmiah juga masih kurang.

”Penerbitan jurnal ilmiah di beberapa fakultas tidak teratur karena masalah dana dan kekurangan artikel,” ujarnya.

Rektor Universitas Negeri Manado Philotheus Tuerah mengatakan, pihaknya masih mengkaji secara internal soal kebijakan publikasi karya ilmiah mahasiswa. Hal ini disebabkan baru tahun ini fasilitas internet di kampus bisa berfungsi dengan baik.

Philotheus mengatakan, tiap pemimpin fakultas diminta untuk mengkaji kesiapan daya dukung jurnal ataupun sumber daya pengelola yang berkualitas. Tiap tahun, kampus penghasil guru ini menghasilkan sekitar 4.000 lulusan.

”Mungkin, secara fasilitas, internet sudah bisa. Namun, kami menginginkan adanya sumber daya pengelola jurnal yang bisa mendorong publikasi ilmiah yang berkualitas, tak hanya mengejar kuantitas. Berbagai peluang dan hambatan masih terus dikaji secara internal,” tutur Philotheus. (ELN)

Baca juga:
TOPIK: Mau Lulus? Wajib Publikasi Makalah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com