Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Iptek Bertumpu pada Investor Asing

Kompas.com - 14/02/2012, 02:44 WIB

Jakarta, Kompas - Indonesia bisa meningkatkan dana riset ilmu pengetahuan dan teknologi dari 0,08 persen menjadi 1 persen dari produk domestik bruto tahun 2014. Peningkatan itu bukan dari anggaran negara, melainkan dari pihak asing.

Untuk itu, pemerintah perlu menetapkan kebijakan insentif dan regulasi yang menarik masuknya investor asing.

Hal ini disampaikan Ketua Komite Inovasi Nasional Prof Zuhal pada Sarasehan Teknologi Kebumian 2012 yang diadakan Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Senin (13/2), di Jakarta. Tampil pada acara itu Prof MT Zen, Prof Indroyono Susilo, Dr Bambang Setiadi, Dr Sriworo B Harijono, Dr Yusuf Surachman, dan Dr Said Didu.

Zuhal yang juga mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi memberikan contoh China yang berhasil menggaet perusahaan komputer Amerika Serikat, IBM, untuk membangun pusat riset dan industri Lenovo. Menurut dia, Indonesia dapat melakukan hal yang sama kepada produsen Blackberry. ”Jumlah pengguna BBM Indonesia terbanyak setelah AS, tapi mereka membangun pabrik di Malaysia,” ujarnya.

Guna menarik investor asing untuk kegiatan riset, Zuhal melanjutkan, perlu pembukaan kawasan yang memungkinkan investor membangun laboratorium dan industri di Indonesia.

Menurut Wisnu Sardjono Soenarso, Kepala Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, pihaknya menyediakan tempat untuk pusat inovasi bisnis sebagai mediator antara inovator, lembaga riset, dan swasta, untuk mengembangkan dan menerapkan hasil riset inovasi.

Menurut Warsito P Taruno, inovator yang juga Ketua Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia, dalam menerapkan inovasi di industri, Indonesia perlu tenaga mediator. Tahun lalu, Kementerian Riset dan Teknologi mengirim 30 orang untuk pelatihan intermediasi di Jerman. Sekembali ke Tanah Air, mereka perlu didayagunakan dan ditempatkan di pusat penelitian dan pengembangan agar membentuk jaringan dengan industri. (YUN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com