Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyemangat Kaum Difabel dari Kebumen

Kompas.com - 20/02/2012, 02:10 WIB

Gregorius Magnus Finesso

Virus polio boleh saja melayukan kaki-kaki Irma Suryati (36) sejak kecil. Nyatanya, kekurangan itu tak dapat merenggut semangatnya untuk terus berkarya. Lewat kerajinan kain perca limbah garmen, Irma tak hanya membuktikan mampu menggapai asa dengan segala keterbatasan. Ia pun tiupkan napas penyemangat bagi kaum difabel sesamanya.

Di sebuah rumah sederhana diimpit sawah menguning, Irma turun dari sepeda motor roda tiga yang didesain khusus untuk memudahkan mobilitasnya, akhir Desember 2011. Di sepanjang jalan aspal sempit, penunggang sepeda onthel yang lalu lalang tak berhenti menyapanya. Di rumah itulah Irma mengembangkan kerajinan tangan dari kain perca. Tak sembarang kerajinan tangan karena usaha beromzet hingga puluhan juta rupiah itu hampir semuanya dibuat oleh para penyandang cacat binaannya.

Setelah menyandarkan kruk di dinding rumahnya, Irma perlahan duduk selonjor dipapah Agus Priyanto, suaminya yang juga mengenakan kaki palsu. Ya, pasangan suami istri difabel itu menggelorakan semangat pantang menyerah bagi sesamanya dari Desa Karangsari, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

”Kami ingin menyingkirkan stigma bahwa penyandang cacat tidak dapat mandiri. Kami tidak ingin dikasihani. Kami hanya ingin mendapat kesempatan sama,” ujar pemilik Mutiara Handycraft itu.

Selepas lulus dari SMA, Irma tak melanjutkan kuliah. Ia menjalani terapi kaki akibat lumpuh layu sejak kecil di RS Ortopedi Solo. Di tempat itu, Irma jatuh hati dengan sesama pasien yang kini menjadi suaminya.

Selesai terapi, Irma kembali ke Semarang. Bersama Agus yang telah menjadi suaminya, mereka menggeluti usaha kerajinan pada 1999. Mereka mulai mengumpulkan para penyandang cacat yang kebetulan adalah kawan-kawan semasa mengikuti pendidikan keterampilan di rumah sakit. Usaha di ”Kota Lumpia” itu cukup berhasil dan mampu merekrut 50 penyandang cacat.

”Usaha saya sejak awal memang fokus membuat pelbagai alat rumah tangga dari kain perca,” tutur ibu lima anak itu.

Sempat terpuruk

Puncak kejayaan usaha Irma yakni pada 2002. Rumah dan mobil mereka miliki dengan omzet kerajinan mencapai miliaran rupiah per bulan. Rantai produksi dari manajemen hingga pemasaran tertata rapi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com