Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan Bakau Boalemo Menyusut

Kompas.com - 27/02/2012, 05:37 WIB

TILAMUTA, KOMPAS - Hutan bakau di pantai selatan Kabupaten Boalemo, Gorontalo, terus menyusut. Dalam 20 tahun terakhir, hutan bakau di kabupaten tersebut hilang 100 hektar. Penyebabnya adalah alih fungsi hutan dan penebangan liar oleh masyarakat.

Penyusutan luasan hutan bakau di pantai selatan Kabupaten Boalemo turut menyebabkan abrasi di sebagian wilayah itu. Di Desa Bangga, Kecamatan Paguyaman Pantai, misalnya, dalam 20 tahun terakhir telah kehilangan daratan sepanjang 50 meter ke arah laut. Abrasi juga menyebabkan rob, yang menggenangi permukiman warga saat air laut pasang.

”Warga umumnya menebangi pohon bakau untuk keperluan perkakas rumah tangga atau untuk bahan bakar pengganti minyak tanah. Beruntung, dalam lima tahun terakhir, mereka sudah berhenti menebang bakau karena sadar telah menyebabkan rob,” ujar Theo Banu (35), warga Desa Bangga, Kecamatan Paguyaman Pantai, Minggu (26/2).

Apabila air laut pasang, empasan gelombang menggenangi permukiman warga sampai setinggi 50 sentimeter atau setinggi lutut orang dewasa. Rob biasanya menggenangi permukiman warga selama tiga-empat hari dalam sebulan. Kondisi tersebut terjadi di tujuh desa di Kecamatan Paguyaman Pantai, yaitu Bangga, Buba’a, Apitalawu, Limbatihu, Lito, Towayu, dan Olibu.

Camat Paguyaman Pantai Anton Abdjul mengakui, ketergantungan warga pesisir pantai selatan di Kecamatan Paguyaman Pantai terhadap pohon bakau cukup tinggi. Apalagi, dari delapan desa di Paguyaman Pantai, tujuh di antaranya terletak di pesisir pantai. Dari sekitar 2.500 keluarga di Kecamatan Paguyaman Pantai, 75 persen atau hampir 1.900 keluarga berprofesi sebagai nelayan.

”Umumnya, selain untuk perkakas rumah tangga, pohon bakau juga dipakai untuk perlengkapan perahu nelayan. Kayu bakau juga dipakai sebagai bahan bakar untuk pengasapan ikan. Sekarang mereka sudah sadar dan beralih ke kayu lamtoro sebagai pengganti bahan bakar pengasapan ikan,” papar Anton.

Anggota staf Humas pada Sustainable Coastal Livelihoods and Management (Susclam), organisasi nirlaba di bidang pelestarian kawasan Teluk Tomini, Yahya Laode, mengatakan, berdasar data dari citra satelit, luas hutan bakau di pantai selatan Boalemo pada 1990 adalah 1.534 hektar. Jumlah itu terus menyusut dan sekarang menjadi sekitar 1.400 hektar. Selain menyebabkan abrasi, kerusakan hutan bakau dapat mengurangi produktivitas ikan laut karena hutan bakau menjadi tempat berkembang biak ikan dan biota laut.

”Pemerintah daerah harus tegas menerapkan sanksi terhadap perusakan hutan mangrove dan menolak alih fungsi hutan bakau menjadi tambak. Jika tidak, lambat laun hutan bakau di Boalemo bisa habis,” papar Yahya.

Perambahan hutan bakau juga sudah memasuki kawasan Cagar Alam Panua yang ada di perbatasan Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato. Dari luasan hutan bakau sekitar 1.500 hektar di cagar alam tersebut, 60 persen di antaranya atau 900 hektar sudah beralih fungsi menjadi tambak. Perambahan tersebut mengancam berbagai jenis ikan dan udang yang ada di perairan itu. (APO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com