Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh seusai pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2012 di Depok, Senin (27/2), mengatakan, sekitar 70 persen siswa yang putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena kesulitan ekonomi. ”Dengan adanya beasiswa, tak ada lagi alasan siswa putus sekolah,” kata Nuh.
Menurut dia, untuk biaya penyelenggaraan pendidikan sudah ada dana bantuan operasional sekolah yang dikucurkan ke sekolah. ”Adapun beasiswa, bisa digunakan untuk kebutuhan pribadi siswa yang berkaitan dengan sekolah, seperti membeli seragam, alat-alat tulis, dan uang transportasi, sehingga siswa tidak lagi ada hambatan untuk ke sekolah,” ujar Nuh.
Menurut Nuh, angka putus sekolah masih cukup tinggi. Di tingkat SD saja, angka putus sekolah sekitar 1,3 persen atau setara 400.000 siswa. Angka tidak melanjutkan dari SD ke SMP sekitar 7,2 persen. Angka putus sekolah dan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya semakin besar di tingkat SMP dan SMA.
Anggaran beasiswa siswa miskin yang sudah ditetapkan untuk tahun 2012 sekitar Rp 3,9 triliun. Penambahan hingga total Rp 6 triliun bakal diajukan dalam APBN Perubahan.
Cakupan penerima beasiswa siswa miskin di jenjang SD hingga perguruan tinggi saat ini baru mencapai 12 persen dan akan ditingkatkan hingga 23 persen siswa miskin dan hampir miskin. Untuk beasiswa bidik misi bagi mahasiswa miskin yang kuliah di perguruan tinggi negeri pada tahun ini, kuotanya 40.000 mahasiswa atau bertambah 10.000 dari tahun lalu.
Kenaikan besaran beasiswa siswa miskin di jenjang SD direncanakan naik dari Rp 360.000 per siswa per tahun menjadi Rp 450.000. Di jenjang SMP dari Rp 580.000 menjadi Rp 700.000, sedangkan di SMA/SMK besarnya dari Rp 700.000 menjadi
Secara terpisah, anggota Komisi X DPR RI, Raihan Iskandar, meminta agar seleksi pemberian beasiswa dilakukan secara transparan dan berbasis data yang valid supaya tepat sasaran.
Sugiyantopo, Wakil Kepala SMKN 2 Metro Lampung, mengatakan, beasiswa bagi siswa miskin dapat membantu akses anak dari keluarga tidak mampu ke pendidikan menengah. ”Apalagi di SMK, umumnya siswa berasal dari keluarga tidak mampu,” ujarnya.
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan diikuti sekitar 1.000 peserta dari dinas pendidikan, perguruan tinggi, organisasi guru, dan instansi lain yang terkait pendidikan. Pembahasan mulai dari pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi.