Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BBM Naik Rp 6.000, Inflasi Bisa Bertambah 2,25 Persen

Kompas.com - 01/03/2012, 13:53 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin, menyatakan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jika jadi dilakukan bisa berdampak langsung. dan tidak langsung kepada inflasi.

"Jadi simulasi kita, setiap kenaikan Rp 500 itu maka akan terjadi inflasi langsung sebesar 0,31 persen. Kemudian yang tidak langsungnya itu sebesar 1,5-2 kali inflasi pengaruh langsungnya," ujar Suryamin, di sela-sela konferensi pers inflasi, di Jakarta, Kamis (1/3/2012).

Ia menerangkan, jika kenaikan dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 maka angka inflasi 0,31 persen tinggal dikali tiga sesuai dengan selisih harga tersebut. Atau, angka inflasi jadi bertambah 0,9 persen. "Jadi kalau secara totalnya ambil saja dua kali 0,31 jadi 0,93 tiap Rp 500 ya," tambah dia.

Sedangkan, dampak tidak langsung tersebut adalah dampak lanjutan yakni pengaruh kenaikan harga ke harga transportasi. Dampak tidak langsung hitungannya bisa satu sampai dua kali dari angka inflasi dampak langsung. "Kita ambil kalau misal 1,5 kali kali 0,9 persen kira-kira 1,35 persen ditambah 0,9 persen jadi kira-kira 2-2,5 persen kalau naik menjadi Rp 6.000, tapi diberlakukan untuk semuanya," tambah Deputi bidang Statistik, Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Djamal, dalam kesempatan yang sama.

Djamal pun mengingatkan, hitungan BPS ini berlaku jika kenaikan harga BBM diberlakukan untuk semua masyarakat. Jika kenaikan harga hanya dilakukan untuk kendaraan pribadi maka tidak ada dampak langsungnya.

Suryamin menambahkan bahwa perhitungan masih bisa berubah seiring dengan sejumlah kondisi, seperti musim panen raya yang terjadi pada April mendatang. Musim panan ini akan berpengaruh pada perhitungan inflasi terkait dengan harga beras. Harga beras bisa jadi menurunkan atau meningkatkan angka inflasi."Sementara kita juga masih menghadapi panen yang bisa menurunkan (harga) beras. (Jadi) bisa simulasi ini bisa kita lakukan lagi," pungkas Suryamin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com