Solo, Kompas
Namun, tim mobil Esemka tidak patah semangat. Mereka akan segera menyempurnakan prototipe untuk kemudian diajukan kembali hingga benar-benar memenuhi standar kelaikan jalan.
”Kegagalan sekarang tidak akan menghentikan upaya kami untuk melahirkan mobil karya bangsa sendiri,” kata Wakil Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, Kamis (1/3).
Rudyatmo mengetahui belum lulusnya uji emisi mobil Esemka Rajawali berdasarkan surat yang dikirimkan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Ditjen Hubdar) Kementerian Perhubungan. Surat itu diterima PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK). Dalam surat bertanggal 29 Februari 2012 disebutkan, mobil yang diujikan belum memenuhi ambang batas untuk kadar karbon monoksida (CO), hidro karbon (HC), dan nitrogen oksida (NOx). Hasil uji emisi mobil Esemka menunjukkan kadar CO 11,630 gram per kilometer (km), sementara ambang batas 5 gram per km. Adapun kadar HC+Nox sebesar 2,690 gram per km, sementara ambang batas 0,7 gram per km.
Surat itu ditandatangani Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Ditjen Hubdar Sudirman Lambali atas nama Dirjen Hubdar.
Direktur PT SMK Sulistyo Rabono mengatakan akan mengevaluasi dan memperbaiki mobil Esemka. Pihaknya ingin membuat mobil berkapasitas mesin 1.500 cc yang kompetitif di pasaran. Ia menilai, cukup banyak hambatan saat pihaknya ingin memproduksi mobil di atas 1.000 cc. Mobil yang paling banyak laku di pasaran Indonesia berkapasitas 1.300 cc-1.800 cc.