Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

HAR Tilaar: Kurikulum Pendidikan Harus Diubah

Kompas.com - 03/03/2012, 04:39 WIB

Jakarta, Kompas - Sejak masa kemerdekaan hingga kini, Indonesia tidak pernah menerapkan kurikulum yang berbasis pada budaya bangsa, mengedepankan etika, serta mendorong jiwa kreatif dan inovatif. Itulah yang menjadi pangkal bangsa ini tidak berdaya saing, bahkan tertinggal dibandingkan dengan bangsa lain.

Masalah pendidikan harus diatasi dengan mengubah kurikulum yang ada berbasis pada nilai-nilai positif yang dimiliki bangsa yang beragam suku ini, termasuk penanaman etika dan moral yang baik.

Hal ini disampaikan Prof Dr HAR Tilaar, MSc Ed pada pidato inaugurasi Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Komisi Kebudayaan, di Jakarta, Jumat (2/3).

Tilaar, pakar ilmu pendidikan, menyampaikan pidato berjudul ”Pendidikan Nasional sebagai Sarana Strategis dalam Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneur Menghadapi Tantangan Era Globalisasi”. Hadir dalam acara tersebut, antara lain, Prof Dr Bambang Hidayat, Prof Dr Herati Rooseno, dan Prof Dr Eko Budiardjo.

Pendidikan Indonesia dewasa ini masih menganut pada sistem pendidikan kolonial yang tidak mengembangkan kreativitas peserta-didik. Bahkan, sistem pendidikan saat ini telah mematikan berpikir kritis dan kreativitas peserta-didik. Hal ini, misalnya, terlihat pada pelaksanaan sistem ujian nasional yang memberlakukan standar yang sama untuk seluruh Indonesia.

Pemberlakuan kebijakan itu tidak saja mematikan berpikir kritis dan kreatif siswa, tetapi juga telah menginjak-injak hak asasi mereka. ”Evaluasi pendidikan pada hakikatnya bukan urusan birokrasi, tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang mengetahui perkembangan pribadi setiap peserta-didik,” tegasnya.

Pengambilalihan evaluasi pendidikan dari sosok guru oleh birokrasi atau pemerintah merupakan pelanggaran etika profesi guru selain dari merampas hak asasi peserta-didik untuk berkembang sesuai dengan fitrahnya, papar Tilaar.

Neoliberalisme

Menurut Tilaar, neoliberalisme kini juga masuk ke bidang pendidikan. Ini tecermin dari lahirnya sekolah-sekolah bertaraf internasional dengan world class education. Ini pada hakikatnya telah meremehkan kekayaan budaya Indonesia, yang sebenarnya dapat dan harus dieksploitasi pertama-tama untuk masyarakat dan bangsa Indonesia sendiri. Kurikulum di sekolah-sekolah kita tidak memperhatikan kekayaan alam dan budaya kita sendiri sehingga akibatnya dimanfaatkan oleh bangsa lain.

Maka, dapat dikatakan, sistem pendidikan nasional dewasa ini tidak melihat kaitan antara kekayaan alam dan kekayaan budaya Nusantara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com