Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Publikasi di Jurnal Internasional Sangat Minim

Kompas.com - 09/03/2012, 23:32 WIB
Sri Rejeki

Penulis

SOLO, KOMPAS.com - Dari tahun ke tahun jumlah penelitian dari Indonesia yang dipublikasikan pada jurnal ilmiah internasional sangat minim. Padahal publikasi pada jurnal ilmiah merupakan nilai tambah terhadap pengayaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada tahun 2000, jumlah publikasi penelitian dari Indonesia hampir sama deng an publikasi dari Malaysia. Bahkan tahun 2011, jumlah publikasi dari Malaysia lima kali lipat dari publikasi Indonesia .

Hal ini disampaikan Deputi Bidang Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kementerian Riset dan Teknologi Benyamin Lakitan di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jumat (9/3/2012). "Jumlah penelitian meningkat dibandingkan 10 tahun yang lalu, namun peningkatannya sangat sedikit. Kalah dibandingkan negara tetangga," kata Benyamin.

Menurutnya, kurang dari 500 penelitian yang berhasil dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional tahun lalu. Porsi penelitian di bidang sains dan teknologi mencapai 85 persen, sisanya penelitian di bidang sosial. "Penelitian di bidang sains kebanyakan di bidang kedokteran, teknik, sains dasar, dan pertanian," katanya.

Ditambahkan Benyamin, pihaknya telah mencoba berbagai upaya untuk mendongkrak penelitian yang dipublikasikan di jurnal internasional, di antaranya melalui pemberian insentif finansial. Namun hal itu, menurut Benyamin, ternyata tidak berpengaruh banyak.

"Kami cenderung setuju dengan apa yang dilakukan Ditjen Dikti Kemendikbud yang mewajibkan publikasi jurnal ilmiah sebagai syarat kelulusan sarjana di tiap strata. Kata kuncinya memang orang harus 'dipaksa' agar muncul banyak penelitian," katanya.

Asisten Deputi Investasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kementerian Ristek Agus P Prasetyono mengatakan, penelitian yang didorong saat ini adalah di bidang hilir atau yang bisa langsung dimanfaatkan oleh masyarakat. Penelitian ini membutuhkan sinergi deng an pihak lain, seperti kalangan industri dan pemerintah daerah. Selama ini, perbandingan penelitian di bidang hulu dan hilir adalah 75:25.

"Kami ingin porsinya dibalik, penelitian di bidang hilir mencapai 80 persen, sisanya di bidang hulu. Di bidang hulu ini penelitian bisa dilakukan di laboratorium sendirian. Akan tetapi jika di bidang hilir dia butuh kerja sama dengan pihak lain," kata Agus.

Tahun ini, kata Agus, pihaknya telah menerima 800 proposal penelitian. Namun hanya 160 di antaranya yang merupakan penelitian di bidang hilir. "Syarat penelitian yang mendapatkan insentif diarahkan ke bidang hilir. Misalnya, penelitian harus ada unsur analisis ekonomi, pasar, dan kerja sama dengan pihak swasta dan pemerintah daerah," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com