Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Energi Terbarukan Tidak Terarah

Kompas.com - 10/03/2012, 02:35 WIB

Jakarta, Kompas - Berbagai kegiatan riset energi terbarukan selama ini tidak terarah untuk menunjang kegiatan produksi secara nasional dan mengantisipasi kenaikan harga bahan bakar minyak fosil. Pemerintah tidak memiliki kebijakan jelas untuk menerapkan hasil riset energi terbarukan.

Hal itu dikatakan Deputi Bidang Jasa Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Fatimah Zulfah S Padmadinata, Jumat (9/3), di Jakarta.

Menurut Fatimah, pemerintah harus memiliki kebijakan yang terarah terhadap berbagai kegiatan risetnya. ”Seperti negara-negara di Eropa, produksi dan pemakaian energi terbarukan didukung kebijakan bahan pemerintah yang menerapkan pajak tinggi pada bahan bakar minyak,” kata Fatimah.

Kepala Pusat Inovasi LIPI Bambang Subiyanto mengatakan banyak hasil riset energi karena bidang itu diprioritaskan pemerintah, di samping bidang pangan. LIPI siap dilibatkan untuk menerapkan hasil risetnya dalam mengantisipasi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak. ”Berbagai teknologi produksi energi terbarukan sudah siap diterapkan,” kata Bambang.

LIPI pada 2010-2011 membuat prototipe material membran pervaporasi hibrida polivinil alkohol-selulosa bakteri. Teknologi pervaporasi ini untuk memurnikan bioetanol yang berkualitas bahan bakar.

Bahan karbohidrat sumber bahan baku bioetanol termasuk melimpah. LIPI bahkan sudah mengembangkan teknologi sakarifikasi dan fermentasi bahan baku kayu untuk pembuatan bioetanol pengganti premium.

LIPI merancang reaktor gasifikasi biomassa untuk menghasilkan biogas. Program bioelektrik sudah dikembangkan dengan bahan baku berbagai limbah organik untuk biogas.

Perlengkapan filter biogas dengan penyerap zeolit juga sudah diproduksi dan dipasarkan LIPI, tetapi masih dalam jumlah produksi terbatas.

”Dengan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak saat ini, pemerintah semestinya mendukung aplikasi berbagai teknologi produksi energi terbarukan dengan menyesuaikan ketersediaan bahan baku lokal yang ada,” kata Fatimah. (NAW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com