E
Kemampuan siswa SMK merakit mobil esemka yang menimbulkan decak kagum masyarakat tidak hanya berkembang di SMK di Pulau Jawa. Siswa SMKN 2 Terbanggi Besar, Lampung Tengah, merakit truk mini yang sesuai potensi daerahnya, yakni pertanian.
Perakitan truk mini yang panjangnya sekitar 3 meter dengan daya angkut 3,5 ton dimulai akhir tahun 2011 sampai tahun ini.
Di bengkel luas yang baru dibangun berkat bantuan Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terpakir dua truk mini bermesin 1.500 cc dengan bodi berwarna putih. Di salah satu sisi bak truk mini tertulis SMKN 2 Terbanggi Besar Lampung Tengah dengan warna merah terang.
Di bagian depan mobil tak tampak pelat nomor polisi. Menurut Purwaka, guru dan bendahara program perakitan truk mini SMKN 2 Terbanggi Besar, memang belum ada proses uji kelayakan dan surat-surat.
”Uji coba baru di sekitar sekolah dan lingkungan dekat sekolah yang juga merupakan daerah pertanian. Dari uji coba ini, guru dan siswa bisa mengecek kekurangan dari perakitan truk mini,” kata Purwaka.
Awalnya, sekolah ini mengajukan program perakitan mobil untuk pembelajaran siswa sekaligus kewirausahaan kepada Direktorat Pembinaan SMK pada tahun 2009. Sekolah tertarik untuk merakit mobil jenis SUV seperti yang di Solo.
Namun, sekolah mendapat masukan agar merakit truk mini yang cocok dengan potensi daerah pertanian. Di daerah ini, hasil pertanian yang menonjol antara lain singkong dan jagung.
Sekolah mendapat dana Rp 345 juta untuk membangun bengkel kerja perakitan mobil. Selain itu, ada juga dana senilai Rp 900 juta untuk perakitan 12 truk mini.
”Dengan kondisi ekonomi sekarang, kami perkirakan dana per unit membengkak hingga Rp 90 juta,” kata Purwaka.
Sejauh ini, kehadiran truk mini yang berpotensi dipasarkan di daerah pertanian mendapat sambutan baik dari masyarakat dan pemerintah setempat. Namun, sekolah belum menerima pesanan karena belum mengurus izin.
Perakitan truk mini pertama dimulai November-Desember 2011. Sebelumnya, ada penandatanganan nota kesepahaman dengan salah satu agen tunggal pemegang merek. Sekolah mendapat kiriman material truk mini yang siap dirakit.
Namun, para guru harus meraba-raba sendiri cara perakitan yang benar. Penyebabnya, tidak ada teknisi yang mendampingi perakitan perdana di sekolah yang memang berbasis program keahlian teknik ini.
”Kesulitannya tidak ada buku panduan. Bahkan, untuk memastikan baut ini pasangannya mana, juga mesti meraba-raba. Tetapi, dari belajar langsung, meskipun sempat salah, para guru bisa membuat sendiri buku panduan untuk dipakai siswa,” kata Purwaka.
Para guru akhirnya berhasil menyusun prosedur operasional standar (POS) perakitan truk mini. Tahapan utama adalah perakitan rangka (23 langkah), perakitan mesin (15 langkah), kelistrikan bodi (12 langkah), perakitan bodi (38 langkah), dan pengecekan terakhir (6 langkah). POS juga secara jelas merinci momen pengencangan.
Para siswa yang dilibatkan adalah mereka yang belajar di program keahlian otomotif, yakni teknik kendaraan ringan dan teknik permesinan. Jumlah siswa yang terlibat 36 orang, yang dibagi dalam beberapa kelompok sesuai tahapan pengerjaan.
Para siswa merakit bagian rangka hingga pengecekan. Perakitan dilaksanakan ketika ada materi yang terkait pembelajaran ataupun seusai pulang sekolah.
Menurut Purwaka, penyempurnaan rakitan truk mini terus dilakukan agar memenuhi standar industri. Sekolah bersiap-siap melobi pemerintah setempat agar memperhatikan secara serius kemampuan siswa.
Sekolah sudah memesan untuk merakit enam mobil lagi. Namun, tidak semuanya jenis truk mini. Ada dua truk mini yang bakal dirakit siswa. Adapun empat unit lain adalah mobil SUV.
Selain untuk memperkaya pengalaman siswa merakit mobil jenis lain, sekolah juga ingin mendorong pemerintah daerah memakai mobil esemka untuk mobil dinas.
”Kami mau unjuk kemampuan kepada pemerintah daerah. Siswa kami bisa membuat truk mini sebagai mobil niaga dan nanti juga mobil SUV untuk kendaraan dinas pemerintah daerah,” kata Joni Syarif,
Sejauh ini sudah berbagai jenis mobil esemka dirakit 23 SMK di berbagai daerah. Purwaka menyatakan, sebenarnya ada rencana untuk road show alias unjuk karya perakitan mobil esemka karya para siswa. ”Kami siap kalau truk mini rakitan siswa diuji coba di jalan dalam road show mobil esemka dari berbagai sekolah,” ujar Purwaka.
Unjuk kemampuan siswa SMKN 2 Terbanggi Besar tidak hanya terbatas di lingkup keahlian otomotif. Siswa dari program keahlian teknik komputer dan informatika dengan program keahlian teknik komputer jaringan dan rekayasa perangkat lunak mampu merakit LCD dan komputer jinjing.
Mukhlis, Kepala Bengkel Teknik Komputer dan Informatika SMKN 2 Terbanggi Besar, mengatakan, program perakitan LCD dan komputer jinjing dari merek yang beredar di pasaran itu membantu peningkatan keahlian siswa dalam perakitan. Ratusan LCD dan komputer jinjing bisa diselesaikan siswa dalam satu minggu.
”Hasil rakitan siswa dipakai sekolah dan masyarakat umum di wilayah Lampung dengan harga terjangkau. Dengan terlibat langsung, siswa kami jadi lebih mudah belajar,” kata Mukhlis.
Peluang kerja siswa di bidang teknologi informasi cukup tinggi. Para siswa juga tak kesulitan mendapatkan tempat praktik kerja industri, mulai dari toko komputer, warung internet, kampus, perusahaan media, hingga di perusahaan pembuat perangkat lunak.
Sekolah yang berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional dan memiliki 1.012 siswa ini memiliki program keahlian teknik konstruksi kayu/furnitur. Para siswa membuat beragam perabot untuk keperluan rumah ataupun kantor, dari yang sederhana hingga yang perlu keahlian mengukir.
Pemasaran perabot karya siswa diminati sekolah-sekolah. Umumnya, sekolah lain memesan meja dan kursi belajar.