Kompas.com - Tiga orang siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 9 Padangsambian, Denpasar, Bali, dihukum dengan cara membuka baju dan berdiri selama satu jam karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Tindakan yang dilakukan oleh seorang guru pelajaran Bahasa Indonesia itu diprotes oleh orangtua murid.
Rina, salah satu orang tua siswa murid, Selasa (20/3) mengatakan, kejadian tersebut terjadi sebelum ujian pemantapan SD sekitar dua pekan lalu. Kejadian itu dinilainya sangat melukai perasaan.
"Ada beberapa orang tua siswa yang sempat menyaksikan langsung kejadian itu. Sebagai orang tua siswa, kami sangat menyesalkan masih diberlakukannya hukuman yang sangat tidak mendidik seperti itu," kata Rina.
Ia mengaku tidak terlalu mempermasalahkan kejadian tersebut. Namun, dampak dari hukuman itu ternyata berpengaruh negatif bagi psikologis anaknya. "Akibat kejadian itu, anaknya seperti trauma dan merasa ketakutan setiap melihat guru yang menghukumnya dan sempat mogok sekolah," ucapnya.
Rina menambahkan, pihaknya tidak melaporkan hal itu kepada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Kota Denpasar karena Kepala SDN 9 Padangsambian I Nyoman Sukarja sudah beriktikad baik untuk menuntaskan permasalahan tersebut.
Dikatakan, kepala sekolah tidak membolehkan ibu guru tersebut masuk ke kelas siswa untuk mengajar yang pernah dihukumnya. Dengan tujuan agar siswa tersebut tenang dulu. Namun, kata Rina, pada Senin (19/3) lalu, ibu guru MS itu kembali masuk dan mengajar di kelas anaknya.
"Anak saya kembali ketakutan dan tampak sangat trauma. Setiap ketemu guru tersebut, anak saya selalu gemetaran," katanya.
Ia berharap, kepala sekolah atau Disdikpora Kota Denpasar secepatnya menuntaskan permasalahan tersebut sehingga anak itu tidak terus menerus ketakutan dan terganggu pelajaranya.
Dihubungi terpisah, Kepala UPT Disdikpora Kecamatan Denpasar Barat Drs I Made Suparta mengaku sudah mendapat informasi terkait ulah salah seorang guru di SDN 9 Padangsambian tersebut.
Bahkan, Suparta mengatakan Kepala Disdikpora Kota Denpasar I Gusti Ngurah Eddy Mulya sempat menghubungi dirinya untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
"Sampai saat ini, saya belum bisa menghubungi Kepala SDN 9 Padangsambian untuk memastikan kebenaran informasi karena telepon selulernya sulit dihubungai. Saya juga sempat datang langsung ke sekolah, namun kepala sekolah tidak ada di tempat karena sedang mengikuti prosesi upacara ’Melasti’. Secepatnya, kami akan membahas permasalahan ini termasuk mencari solusi yang bijak agar permasalahan ini tidak sampai berlarut-larut," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.