Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semeru-Bromo Longsor

Kompas.com - 24/03/2012, 05:33 WIB

Pasuruan, Kompas - Hujan disertai angin kencang beberapa hari terakhir menyebabkan longsor di sejumlah tempat di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. Tempat longsor itu tersebar di jalur menuju Gunung Semeru dan Gunung Bromo.

Beberapa tempat longsor antara lain di blok Pakis Bincil Pasuruan dengan panjang 20 meter, lebar 5 meter, tinggi 5 meter; blok Cemorolawang menuju lautan pasir Bromo dengan panjang 7 meter, lebar 5 meter, dan tinggi 3 meter; dua tempat di jalur penanjakan menuju puncak Semeru, dan sejumlah longsor di daerah Ranupani, Lumajang.

”Hujan angin sejak beberapa waktu lalu memang membuat sejumlah daerah di kawasan TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) longsor. Kondisi ini memang rutin terjadi setiap tahun,” tutur Nova Elina dari Humas Balai Besar TNBTS, Jumat (23/3).

Dari sejumlah tempat longsor itu, menurut Nova, ada yang sudah selesai ditangani dan ada yang baru ditangani 50 persen. ”Itu sebabnya hingga kini upaya pemulihan kawasan terus kami lakukan. Pemulihan tidak mudah karena kondisi medan beberapa titik cukup berat,” ujar Nova.

Tatag Hari Rudata, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Tumpang Malang TNBTS (menangani pendakian Semeru), mengatakan, hingga kini jalur pendakian ke Semeru belum dibuka kembali. ”Selain karena kondisi medan banyak longsor, juga karena status Semeru masih belum seperti semula,” ujar Tatag. Hingga kini status Gunung Semeru masih Siaga level III. Tidak seperti sebelumnya yang berstatus Waspada.

Sejak 5 Januari 2012, TNBTS sudah menutup jalur pendakian ke Semeru. ”Ini dikarenakan selain cuaca buruk, seperti angin kencang dan longsor di beberapa titik pendakian, kami juga butuh melakukan rehabilitasi kawasan. Penutupan pendakian ini juga untuk menjaga keselamatan pendaki,” ujarnya.

Selama ini tingkat pendakian di Gunung Semeru cukup tinggi. Tahun 2011 tercatat ada 5.839 orang mendaki gunung ini.

Cuaca buruk yang melanda Jatim dan beberapa daerah di Indonesia sejak beberapa waktu lalu, menurut Eko Prasetyo, Staf Ahli Madya Bidang Meteorologi dan Oseanografi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak, Surabaya, merupakan imbas dari badai Lua yang terjadi di Australia beberapa waktu lalu.

Imbas badai itu membuat tinggi ombak di laut selatan Jatim mencapai 7 meter dengan kecepatan angin 65 kilometer per jam, sedangkan di laut utara tinggi ombak bisa mencapai 4 meter dengan kecepatan angin 45 kilometer per jam.

Dalam beberapa hari ini BMKG mencatat masih akan terjadi hujan ringan di sejumlah daerah di Jatim. Kecepatan angin diperkirakan 30-35 kilometer per jam.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com