Yangon, Kompas
”Masuklah dulu dan lihat-lihat Myanmar, tancapkan ’bendera’ dan tunjukkan bahwa Indonesia hadir di Myanmar. Setelah itu baru dikembangkan lagi ke level bisnis yang lebih besar,” ujar Duta Besar Indonesia untuk Myanmar Sebastianus Sumarsono, saat berbincang dengan wartawan Kompas
Jumlah orang Indonesia yang bermukim di negeri ini 270 orang, 75 orang di antaranya adalah keluarga Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yangon. Meski demikian, setidaknya ada empat sektor usaha yang telah dimasuki para pengusaha Indonesia, yakni pakan ternak dan produk olahan ternak, farmasi, perminyakan, sepatu, dan alas kaki.
”Nilai investasi Indonesia di Myanmar mencapai 250 juta dollar AS pada tahun 2011. Seharusnya terus meningkat lebih besar,” tutur Sumarsono.
Akan tetapi, pasar Indonesia di Myanmar telah hilang secara signifikan akibat persaingan dengan China. Salah satunya adalah produk sarung dari Bandung, Jawa Barat. ”Ekspor tertinggi yang pernah dicapai oleh pengusaha sarung asal Bandung 18 juta dollar AS. Itu pada tahun 2008. Setelahnya tidak pernah lagi mencapai setinggi itu,” ujarnya.
Penduduk Myanmar yang berjumlah 60 juta jiwa ini memiliki kebiasaan mengenakan sarung pada setiap aktivitas resmi mereka, termasuk keharusan bagi semua pegawai negeri sipilnya untuk memakai sarung saat bekerja. Pilihan atas pakaian nasionalnya itu menjadikan Myanmar sebagai pasar sarung yang signifikan.
Atas dasar itu, Sumarsono menyebutkan sudah ada dua perusahaan sarung asal Indonesia yang kembali menjajaki kemungkinan ekspor sarung ke Myanmar. Keduanya adalah pemilik merek sarung Gadjah Duduk dan Mangga.
”Mereka sudah mengambil sampel sarung yang biasa dipakai orang Myanmar. Itu perlu karena sarung orang Myanmar dan sarung yang dikenakan oleh orang Indonesia sama sekali berbeda. Sarung orang Myanmar lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia agar mudah mengikatnya,” tutur Sumarsono.
Deputi Bidang Koordinasi Perdagangan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian Edy Putra Irawady menyebutkan, pemerintah mendorong pelaku bisnis Indonesia untuk tertarik masuk ke Myanmar. Atas dasar itu, pada Mei atau Juni 2012, pemerintah akan membawa delegasi yang terdiri atas para pengusaha dan wakil pemerintah daerah ke Myanmar.
Mereka yang diajak, antara lain, wakil Pemerintah Provinsi Aceh dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, wakil Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Mustika Ratu, dan pelaku usaha di industri makanan dan minuman.
”Selain ke Myanmar, kami sekaligus ke Vietnam. Kita harus memiliki protektorat bisnis di negara yang masih meniagakan sumber daya alam secara besar-besaran seperti Myanmar, Kamboja, Laos, dan Afrika,” tutur Edy.