Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pola Baru SNMPTN Dikritik

Kompas.com - 03/04/2012, 03:38 WIB

Jakarta, Kompas - Pola baru seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri yang mulai tahun 2013 hanya lewat jalur undangan tidak disambut gembira oleh guru dan kepala sekolah. Pola baru itu dikritik karena tidak membuka peluang bagi siswa yang prestasinya di sekolah tidak terlalu menonjol.

Pola baru itu membuka kesempatan bagi siswa berprestasi di sekolah, tetapi kecil peluang bagi siswa yang prestasinya biasa-biasa saja. Padahal, seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) selama ini menjadi harapan banyak lulusan SMA sederajat mengakses PTN pilihan dengan biaya kuliah yang lebih terjangkau. Adapun jalur mandiri yang digelar PTN dinilai mahal sehingga terbatas bagi calon siswa dari keluarga berada.

Pada pola baru SNMPTN tahun 2013, seleksi mahasiswa baru minimal 60 persen lewat SNMPTN jalur undangan. Sisanya diserahkan kepada masing-masing PTN, apakah hendak melaksanakan jalur mandiri atau menambah kuota SNMPTN jalur undangan.

Pelaksanaan SNMPTN lewat jalur undangan lazimnya untuk siswa yang berprestasi di sekolah dan direkomendasikan sekolah. Adapun kuota peserta tiap sekolah tergantung pada akreditasi sekolah.

”Semestinya dalam kebijakan pemerintah itu menonjolkan kebersamaan. Semua anak bangsa didorong dan diberi kesempatan untuk menunjukkan prestasinya,” kata Muhammad Arasy, Kepala SMAN 3 Palu, Sulawesi Tengah, yang dihubungi dari Jakarta, Senin (2/4).

Menurut Arasy, lulusan sekolah yang berakreditasi A dan berstatus sekolah standar nasional ini umumnya bisa kuliah di PTN dengan mengikuti SNMPTN ujian tulis. ”Banyak siswa yang saat di sekolah prestasinya biasa saja, ternyata setelah kuliah malah termotivasi dan prestasinya menonjol,” kata Arasy.

Hal senanda disampaikan Firman Syah Noor, Wakil Kepala SMAN 3 Bandung. Menurut dia, tidak selalu anak cerdas konsisten prestasinya selama di SMA. Penilaian penerimaan calon mahasiswa semestinya bukan hanya melihat prestasi di SMA, tetapi juga hasil tes aktual, seperti tes tertulis dan tes psikologi atau tes potensi akademik.

”Terkadang ada faktor di luar diri anak yang membuat prestasinya ada yang tidak konsisten satu atau dua semester. Masa, anak cerdas seperti ini, kesempatannya hanya terbuka di jalur mandiri. Sampai saat ini, jalur mandiri itu kesannya jual-beli kursi. Adapun SNMPTN masih dinilai persaingan yang fair untuk semua siswa,” ujar Firman.

Tidak jelas

Retno Listyarti, guru di SMAN 13 Jakarta, mengatakan, pendidikan di era reformasi ini semakin tidak jelas arahnya. Berbeda pada masa Orde Baru, pendidikan terasa murah dan pembagiannya jelas.

”Untuk siswa berprestasi ada jalurnya PMDK atau sekarang SNMPTN undangan. Namun, tetap ada ujian tulis yang terbuka bagi semua. Kenapa pola yang sudah bagus diutak-atik. Tetap perlu membuka seleksi nasional secara undangan dan tertulis sehingga persaingan menjadi lebih terbuka,” kata Retno.

E Baskoro Poedjinoegroho, pembina Kolose Kanisius, mengatakan, meningkatnya kuota SNMPTN jalur undangan ini mesti diwaspadai adanya potensi kecurangan penilaian siswa oleh sekolah. Apalagi ditambah dengan keinginan pemerintah memperhitungkan nilai ujian nasional. (ELN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com