Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan Suaka Margasatwa Mampie Rusak Berat

Kompas.com - 05/04/2012, 14:34 WIB
Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Ribuan hektar hutan bakau yang termasuk dalam kawasan hutan Suaka Margasatwa Mampie, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, mengalamai kerusakan berat.

Abrasi pantai akibat perambahan dan pengalihfungsian hutan secara serampangan menjadi lahan tambak makin mempercepat kerusakan alam dan ekosistem fauna di lokasi ini.

Dampak kerusakan hutan lindung di lokasi ini tidak hanya membuat 272 spesies burung langka dan cantik menghilang, tapi kawasan pemukiman penduduk dan areal tambak di tiga desa kerepotan menghadapi banjir rob.

Minimnya political will pemerintah dalam menjaga ekosisitem alam dan hutan suaka margasatwa yang menjadi salah satu kebanggan Indonesia dan dunia ini menjadi salah satu pemicu cepatnya hutan di kawasan ini rusak dan menyusut.

Data Kementerian Kehutanan dan Kementerian Pertanian mencatat 1.000 hektar lebih kawasan hutan lindung ini dihinggapi aneka fauna langka dan cantik seperti burung bangau hitam dan putih, belibis, biawak raksasa, burung mandar, termasuk burung cantik yang bermigrasi dari Australia (Pelacenus conspicilatus).

Namun, keberadaan fauna tersebut makin sulit dijumpai.

Abrasi pantai akibat pembabatan hutan bakau yang tidak terkendali di kawasan ini menyebabkan hutan lindung yang luasnya lebih dari 1.000 hektar kini tinggal hanya beberapa persen saja.

Itu pun hanya yang tinggal di bibir pantai. Selebihnya sudah dirambah dan dialihfungsikan warga menjadi areal tambak. Hanya tinggal 20 persen hutan bakau yang masih tersisa di sepanjang bibir pantai Mampie.

Pembabatan hutan secara serampangan tidak hanya menyebabkan 272 fauna cantik dan langka di kawasan ini menghilang, namun kawasan pemukiman penduduk di sejumlah desa di sekitarnya kerepotan menghadapi banjir rob akibat abrasi pantai yang terus merangsek masuk ke kawasan pemukiman pendudk dan areal tambak di sekitarnya.

Padahal, kawasan hutan bakau Mampie ini menjadi salah satu magnet wisatawan mancanegara. Ratusan wisatawan yang pernah berkunjung ke Polewali, tujuan perjalanan mereka adalah menyaksikan keindahan aneka burung langka dan cantik di kawasan hutan ini.

Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah Satu Sulbar, Nuralam, menyebutkan, minimnya dukungan pemerintah dalam mejaga kelestarian hutan kebanggaan Mampie menjadi pemicu makin maraknya perambahan hutan di kawasan ini.

Maraknya angin kencang yang memporak-porandakan pemukiman penduduk di Polewali menurut Nuralam salah satu pemicunya karena hutan bakau yang menjadi penyangga di sepanjang pantai Polewali telah rusak.

Menurut Nuralam tidak ada alasan siapa pun yang bisa mengalihfungsikan kawasan hutan lindung sepanjang SK Menteri Kehutanan dan Menteri Pertanian yang sudah menetapkan kawasan ini sebagai hutan lindung atau kawasan swaka margasatwa belum dicabut.

Nuralam berharap kepada warga dan pemerintah setempat agar ikut bersama membangun kesadaran lingkungan demi masa depan Polewali. Membangun tanpa mempertimbangakan resiko lingkungan dalam waktu panjang pada akhinrya apa yang dibangun saat ini akan menjadi sia-sia saja karena akan rusak oleh alam sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com