Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Matematika dan Nalar Bangsa

Kompas.com - 09/04/2012, 03:53 WIB

Oleh didit putra erlangga R

Apa hubungan antara seni dan matematika? Jawabannya pendek, keduanya sama. ”Sama-sama melibatkan kesintingan dan kejeniusan,” ujar Iwan Pranoto (50), Guru Besar Ilmu Matematika dari Institut Teknologi Bandung. 

Dia pun menunjukkan lukisan Pablo Picasso berjudul ”Bull. State XI” yang dibuat tahun 1945 berupa garis-garis sederhana mengenai seekor banteng. Lukisan tersebut dibuat bukan karena Picasso malas. Justru sebaliknya, proses penciptaan lukisan tersebut berawal dari gambar banteng yang disederhanakan hingga tinggal informasi dasar, yakni bentuk tanduk, bentuk badan, kaki, hingga alat kelamin. Lukisan yang minimalis tersebut bakal bisa dinikmati setelah aspek rasional di belakangnya diketahui.

Iwan pun beralih kepada rumus F>MA atau kerap disebut Hukum Newton II mengenai gaya gerak. Tiga unsur dalam rumus tersebut tidak bisa dianggap sederhana. Bagi yang mengerti matematika, penjabarannya sungguh luar biasa. Dari sudut pandang matematika, rumus F>MA itu mirip dengan lukisan Picasso mengenai banteng karena universal, tepat, sederhana, di luar kebiasaan, serta menyatukan perasaan dan kecerdasan.

Kaitan seni dan matematika itu pula yang dia bawakan sewaktu memberikan pidato pengukuhan Guru Besar ITB akhir Maret lalu. Dia menyebut, seni dan matematika memiliki peran sebagai fungsi sekaligus hiburan. Hal yang sama dilakukan Tan Malaka yang menemukan keasyikan dengan matematika untuk menghabiskan waktu. Ilmu tidak bermateri. Demikian sebutan Tan Malaka kepada matematika.

Yang membuat matematika begitu memesona, lanjut Iwan, adalah totalitas dalam pemanfaatan rasio maupun nalar. Berbeda dengan ilmu pasti yang membutuhkan pengujian empiris, matematika sepenuhnya berupa gagasan di kepala. Tidak ada segitiga, yang ada hanya bentuk menyerupai segitiga. Karena itu, bermatematika seharusnya dianggap sebagai sebuah kegiatan rekreasi dan hiburan. ”Bukan sebuah hal yang ditakuti banyak orang,” ujarnya.

Alasan yang sama inilah yang membuat dia terus menekuni matematika sejak sekolah tingkat menengah di SMP Santo Yusuf Malang, Jawa Timur. Jurusan Matematika ITB dipilihnya, begitu pula S-2 di tempat yang sama. Mulai dari gelar master of science, philosophiae doctor, hingga post doctor, semuanya mengenai matematika.

”Saya jatuh cinta pada matematika karena saya malas. Saya malas menghafal,” ujarnya tersenyum

Cinta matematika

Kecintaan Iwan terhadap matematika dia wujudkan dalam mengajar. Tidak hanya mengajar matematika bagi mahasiswa ITB. Dia juga membagi ilmunya kepada masyarakat yang lebih luas. Dengan akun twitter @iwanpranoto, dia juga membuka kesempatan bagi pengguna layanan microblogging ini untuk menghubunginya secara langsung. Situs www.pakiwan.com yang dikelolanya berisi beberapa ilmu matematika yang bisa dipelajari secara langsung hanya bermodalkan koneksi internet.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com