”Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka...”
Itu adalah penggalan lagu ”Ibu Kita Kartini” ciptaan WR Supratman yang kita nyanyikan setiap tanggal 21 April, pada hari peringatan Hari Kartini.
Bentuk peringatan Hari Kartini di sekolah bermacam-macam. Tetapi, siapakah Ibu Kartini dan apa makna Hari Kartini?
Kartini atau Raden Ajeng Kartini berasal dari keluarga bangsawan di Jepara, Jawa Tengah. Ayahnya seorang Bupati Rembang. Sampai usia 12 tahun, Kartini bersekolah di Europese Lagere School (ELS). Namun, setelah itu ia dipingit, harus tinggal di rumah.
Selama di rumah, Kartini banyak membaca, seperti buku, koran, dan majalah dari Eropa. Ia tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa.
Kartini juga bersurat-suratan dengan teman-temannya di Belanda. Dalam surat-suratnya, Kartini mengutarakan keluh kesahnya.
Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini ingin sekali wanita Indonesia maju.
Ia kemudian
mengumpulkan teman-teman wanita untuk diajari membaca, menulis, serta belajar ilmu pengetahuan lainnya.
Pada usia 24 tahun, Kartini menikah dengan Bupati Rembang dan mendirikan sekolah untuk kaum wanita. Pada usia 25 tahun, Kartini meninggal dunia.
Surat-surat yang pernah ditulis oleh Kartini kepada teman-temannya di Belanda kemudian dikumpulkan menjadi sebuah buku berjudul
Buku ini adalah pemikiran Kartini untuk kemajuan kaum wanita Indonesia, sekaligus menjadi penyemangat perempuan Indonesia untuk maju.
Kartini adalah wanita yang memperjuangkan hak kaumnya sehingga hak perempuan setara dengan lelaki. Ia membuat kaum wanita menjadi bisa bersekolah.
Kegiatan Hari Kartini di sekolahku ada drama tentang Kartini dan menyanyikan lagu tentang Kartini, memakai baju kebaya kartini. Kalau aku inginnya ada lomba membaca puisi dan membuat puisi tentang Kartini.
Kartini adalah anak bangsawan dari Kota Jepara, Jawa Tengah. Ia ingin perempuan bisa sekolah tinggi dan mempunyai peran yang setara dengan anak laki-laki.
Kartini juga membantu anak-anak perempuan belajar membaca. Bedanya dengan zaman Kartini dulu, anak perempuan sekarang sudah berani mengutarakan pendapat.
Ibu Kartini itu pahlawan yang berjuang untuk kemajuan perempuan di Indonesia. Ia memberikan pendidikan untuk kaum perempuan.
Sekarang perempuan dan laki-laki punya peran yang sama dalam mendapatkan pendidikan dan prestasi.
Kartini itu pelopor kebangkitan kaum wanita. Ia memperjuangkan pendidikan kaum wanita.
Di sekolahku ada lomba pidato, baca puisi, menyanyi, dan lomba mengenakan baju kebaya. Aku ingin ada lomba mengarang mengenai pendidikan kaum wanita. Oh ya, aku ingin ada juga upacara bendera yang semua petugasnya perempuan.
Ada beragam kegiatan untuk memperingati Hari Kartini dari sekadar mengadakan upacara bendera dengan murid-murid wanita memakai kebaya. Ada juga kegiatan lomba puisi dan drama tentang Kartini. Di balik kegiatan itu, tujuannya adalah mengenalkan kepada kita pada sosok dan perjuangan Ibu Kartini.
Pada Hari Kartini biasanya murid perempuan diberi peran yang besar untuk ikut berbagai lomba dan kegiatan. Maksudnya adalah memberikan kesempatan agar murid-murid wanita menunjukkan kemampuannya dalam berbagai bidang.
Tetapi, kalau ada yang bilang Hari Kartini adalah hari milik kaum wanita, itu salah besar. Kartini adalah tokoh wanita Indonesia yang memberikan contoh kepada kita tentang semangat belajar yang kuat meskipun dilarang dan dibatasi. Semangat ini harus dimiliki oleh seluruh anak-anak Indonesia, laki-laki dan perempuan.
Oleh karena itu, kalau kita malas sekolah, ingat Kartini yang hanya bisa bersekolah sampai usia 12 tahun karena dilarang orangtuanya meneruskan sekolah.
Ingat juga teman-teman kita di pedalaman yang harus berjalan kaki berkilo-kilometer hanya untuk bisa belajar di sekolah. Jangan lupa juga teman-teman kita yang harus putus sekolah karena tidak punya biaya.
Jadi…, jangan malas sekolah ya!
Wanita di zaman Kartini dulu tentu berbeda dengan wanita zaman sekarang. Wanita sekarang bisa bebas bersekolah tinggi, bebas mengutarakan pendapat, dan bebas memilih profesi. Sekarang banyak profesi yang digeluti kaum wanita, seperti pilot, polisi,
Di bidang pemerintahan, kita pernah mempunyai perempuan presiden, bupati, ataupun gubernur. Di keluarga bukan hanya bapak yang bekerja, tetapi ibu juga. Di sekolah, tak jarang kita bertemu perempuan ketua kelas dan wanita kepala sekolah.
Wanita dan pria punya peran yang sama dalam hal pendidikan dan pekerjaan. Jadi teman-teman perempuan khususnya, jangan ragu-ragu mengutarakan pendapat dan menunjukkan kemampuan kita.
Mari kita rayakan Hari Kartini, 21 April, tahun ini dengan memaknainya lebih dalam, lebih dari sekadar berkebaya atau mengenakan busana daerah.
Selamat Hari Kartini!