Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadisdik Sumut Bantah Soal UN Bocor

Kompas.com - 19/04/2012, 14:27 WIB
Mohammad Hilmi Faiq

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara Syaiful Safri bantah adanya kebocoran soal Ujian Nasional. Kabar tentang kebocoran soal UN hanya sebatas isu dan rumor.     

"Kalau memang ada, mestinya ada buktinya. Juga, sebaiknya yang menemukan kebocioran soal itu melapor ke polisi secara resmi, jangan hanya berbicara kepada media," kata Syaiful kepada Kompas di Medan, Kamis (19/4/2012).     

Bantahan Syaiful ini terkait keterangan dari Komunitas Air Mata Guru yang mengatakan terdapat kebocoran dan kecurangan UN di berbagai daerah di Sumatera Utara.     

Para aktivis Komunitas Air Mata Guru (KAMG) mengungkap kecurangan tersebut selama pelaksanaan tiga hari UN. Hasil investigasi itu menyebutkan bahwa kecurangan terjadi hampir merata di Sumatera Utara. Bentuknya antara lain pembelian salinan cacatan kunci jawaban dan pesan singkat (SMS) kunci jawaban.

Sekolah yang terlibat kecurangan berada di Kota Medan, Serdang Bedagai, Mandailing Natal, Humbang Hasundutan, Asahan, Labuhan Batu, dan Toba Samosir.  "Kami melibatkan 12 anggota tim investigasi untuk menggali data tentang kecurangan UN tersebut," kata Ketua KAMG Abdi Muskarya Saragih di kantor KAMG.     

Ketua Tim Investigasi KAMG Benni Sinaga menjelaskan, kunci jawaban tersebut diperoleh siswa secara perorangan dan kelompok. Modusnya, pada pukul 04.00 di hari pertama UN, banyak siswa berkumpul di warung internet, halte bus, atau warung.

Dua jam kemudian mereka sibuk dengan telepon seluler masing-masing untuk memeriksa catatan kunci jawaban yang baru mereka peroleh. Ada juga siswa yang telah memperoleh kunci jawaban via SMS tengah malam menjelang UN.     

Selain itu, lanjutnya, ada juga siswa yang menghapal kunci jawaban tersebut setelah mendapatkannya dari guru. Bahkan di Labuhan Batu, ada sekolah yang telah menyediakan soal UN pada hari Sabtu, dua hari sebelum UN berlangsung.     

Modus lainnya, guru memanggil perwakilan siswa untuk menyebarkan kunci jawaban. Tim investigasi juga menemukan bukti adanya peredaran kunci jawaban di ruang ujian sebelum UN berlangsung.     

"Lucunya, pada saat ujian Bahasa Inggris, siswa sibuk mengisi lembar jawaban bagian listening, padahal soal belum diperdengarkan. Mereka telah menghapal kunci jawaban itu di rumah," tambah Abdi.     

Menurut Abdi, kunci jawaban itu terdiri dari lima paket. Ini sesuai dengan soal UN yang dibagi dalam lima paket. Jadi, siswa yang mengantongi kunci jawaban tinggal mencocokan antara jenis paket soal yang dia dapat dengan kunci jawaban.     

Untuk memperoleh kunci jawaban itu, kata Benni¸ siswa harus membayar. Sebagian siswa membayarnya Rp 10.000 per siswa per mata pelajaran atau Rp150.000 per siswa untuk semua mata pelajaran. Bahkan, ada juga yang membayar sampai Rp 110.000 per siswa per mata pelajaran.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com