Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memburu Kenikmatan di Jalan Sabang

Kompas.com - 20/04/2012, 02:02 WIB

Oleh Ansyor

Udara panas dan harus desak-desakan, belum lagi tiupan debu, di beberapa sudut malah harus bertetangga dengan parit-parit bau, tak membuat para pekerja kantor yang umumnya perlente untuk jajan di pinggir jalan.

Banyak sekali situs jajan seperti itu di Jakarta, salah satu yang populer adalah kawasan Sabang di Jakarta Pusat.

Bagi sebagian karyawan kantoran di Jakarta Pusat, kawasan Sabang menjadi salah satu lokasi favorit mereka, terutama selagi jam makan siang tiba.
 
Sebenarnya kawasan ini juga merupakan kawasan mukim penduduk, tapi sudah sejak lama lebih dikenal sebagai kawasan kuliner, termasuk para karyawan yang berkantor di sebundaran daerah Kebon Sirih, Jakarta Pusat, baik itu kantor swasta maupun kantor pemerintah.

Begitu jam makan siang tiba, bagai  dikomando, para pekerja kantoran itu ramai-ramai turun dari gedung-gedung pencakar langit.  Tujuan meraka adalah kawasan kuliner Sabang. 

Sabang diambil dari nama jalan tempo dulu, Jl. Sabang.  Kini namanya Jl. H. Agus Salim.  Jalan ini berawal di utara menyambung dari Jl. Medan Merdeka Selatan, dan berujung di selatan di Jl. Diponegoro.

Tapi di sepertiga panjang pertamalah yang paling disesaki tempat jajan, dari yang berbentuk lapak sampai restoran mewah.

Tak hanya karyawan tak berdasi yang makan di kawasan ini, eksekutif-eksekutif berdasi nan berpaikan rapi serta menebar aroma wangi pun ikut menikmati jajanan di kawasan ini.

Ketika ANTARA News ikut menikmati kuliner di kawasan ini, para karyawan berpakaian rapi nan wangi ini tanpa malu dan sungkan melahap makanannya di emperan kawasan Sabang.

Pembeli bisa memilih berbagai macam makanan. Ada nasi Padang, nasi goreng, ayam bakar, bakso, sate, dan apa saja, terserah selera pemakannya.

Nurman Fauzi, seorang karyawan swasta, mengaku hampir setiap hari selalu makan di Sabang karena relatif murah dan tak perlu jauh-jauh meninggalkan kantornya.

"Sudah langganan sih," katanya.

Kantor Nurman sebenarnya tidak berada di kawasan Jakarta Pusat, tetapi dia sudah telanjur memproklamasikan diri sebagai pelanggan fanatik sebuah warung makanan yang ada di Sabang.

Lain lagi dengan Dian Laksono yang karyawan bank.  Bersama kawan-kawannya, dia sangat suka makan di kawasan Sabang karena ada banyak pilihan makanan di sini.

"Tiap hari menu saya bisa beda-beda jadi dijamin nggak bosen mas," tambahnya.

Sementara Lia Andari yang bekerja sebagai karyawan operator seluler mengaku menyenangi makanan di kawasan Sabang karena harganya pas buat karyawan seperti dia.

"Kadang juga ada bule yang ikut makan di sini lho," kata dia.

Suasana kuliner Sabang tidaklah seperti kawasan mall yang rapi, bersih, dan nyaman. Tapi kawasan ini selalu diramaikan orang-orang berbagai kelas, termasuk para eksekutif muda.

Sampah plastik bertebaran di mana-mana, bahkan ada warung makanan yang dekat dengan saluran air yang menebar bau menyengat.

"Walaupun keadaannya seperti ini tidak mengurungkan niat saya buat makan kok," kata Arif Maulana, juga karyawan swasta.

Dia berharap ada pihak yang bisa menata kawasan ini menjadi lebih rapi sehingga lebih nyaman lagi bagi pengunjung.

Dari pengamatan ANTARA News, pengunjung memang sering kesulitan mendapatkan meja untuk makan, belum lagi gempuran udara panas, dan harus berdesak-desakan dengan para pedagang kaki lima.

Tetapi, meski begitu, karyawan tetap saja mendatangi kawasan ini.

Ketidaklayakan tempat makan tak mengurangi niat mereka untuk makan di sini.  Banyak yang bahkan tak ingin ke lain hati, mungkin karena banyak sajian kuliner yang lezat di sini.

Ini telah mengalahkan kekurangan-kekurangan di area kuliner tersebut.  Karyawan-karyawan berbusana rapi nan wangi itu tetap setia menyambanginya.

Mungkin suatu waktu Anda perlu merasakan sensasi makan di sini.  Selamat mencoba.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com