Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RSBI Harus Dihentikan

Kompas.com - 16/05/2012, 03:13 WIB

Jakarta, Kompas - Kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan rintisan sekolah bertaraf internasional harus segera dihentikan. Konsep sekolah bertaraf internasional yang dikembangkan Indonesia tidak berakar dari kebudayaan nasional.

Pernyataan ini disampaikan mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef serta ahli filsafat dan manajemen pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, HAR Tilaar, sebagai saksi ahli pemohon dalam uji materi Pasal 50 Ayat 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional di Mahkamah Konstitusi (MK) Jakarta, Selasa (15/5). Sidang dengan agenda mendengarkan saksi dari pemohon dan pemerintah ini dipimpin Ketua MK Mahfud MD.

”Saya sangat menentang pembelajaran di RSBI/SBI dengan alasan bernalar. Saya menuntut pemerintah secepatnya membubarkan RSBI/SBI dari Bumi Indonesia yang merdeka dan berdaulat,” kata Daoed.

Ia mengatakan bahwa pelegalan bahasa asing, terutama bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar untuk beberapa mata pelajaran di RSBI/SBI, menyalahi amanat konstitusi. Pendidikan semestinya bukan berfokus pada penguasaan bahasa asing, melainkan membiasakan peserta didik untuk menggali, mengenali, menguasai, dan menerapkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan moral yang berguna bagi diri, masyarakat, dan bangsanya.

Daoed juga mempertanyakan acuan RSBI/SBI yang memakai standar negara-negara industri maju yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Indonesia semestinya mengacu pada UNESCO, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Apalagi, Indonesia merupakan negara UNESCO, bukan anggota OECD.

Selain itu, pendidikan dalam konstitusi dan konsensus nasional juga dinyatakan untuk pemerataan dan ada peluang yang sama bagi semua anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas baik. ”Tetapi, pemerintah mengistimewakan RSBI/ SBI sehingga menimbulkan diskriminasi. Pemerintah sengaja menciptakan dua kelompok, yakni kelompok anak yang cerdas sedemikian rupa dan kelompok anak yang sekadarnya,” ujar Daoed.

Tilaar mengatakan, dalam menghadapi era globalisasi, posisi Indonesia bisa memilih untuk hanyut dalam arus globalisasi, melawan arus, atau menguatkan identitas Indonesia sebagai bangsa yang besar. Indonesia yang memiliki tiga modal besar, yakni kekayaan alam, budaya, dan sumber daya manusia, harus memanfaatkan dengan menyediakan pendidikan nasional yang bermutu.

Tilaar memaparkan bahwa penyelenggaraan RSBI/SBI mengarahkan Indonesia pada kebudayaan negara-negara OECD. Padahal, Indonesia mempunyai kebudayaan yang tinggi.(ELN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com