Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa Indonesia Tampilkan Hasil Riset di AS

Kompas.com - 16/05/2012, 12:54 WIB

MUNGKINKAH remaja belasan tahun bisa menciptakan karya-karya spektakuler di bidang rekayasa elektrikal dan mekanikal, biokimia, kedokteran dan pengobatan, mikrobiologi, fisika dan astronomi,  energi dan transportasi, matematika, lingkungan serta banyak bidang lainnya? Jika melihat banyak  remaja terlibat tawuran di jalanan, kita jadi pesemis dan jawabannya boleh jadi adalah, "mana mungkin'. 

Namun di Pittsburgh, Pennsylvania, AS, pada 14-18 Mei ini para remaja dari seluruh dunia, termasuk enam siswa SMA dari Indonesia, memamerkan karya hebat mereka. Sebanyak 1.549 siswa berkompetisi dalam ajang International Science and Engeneering Fair (ISEF) yang disponsori Intel atau dikenal dengan Intel ISEF. Mereka berasal dari 68 negara, walau lebih separuhnya dari AS, dan merupakan para juara dalam kompetisi sains lokal atau regional. Utusan dari Indonesia misalnya merupakan tiga terbaik dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) tahun 2011 yang diselenggaran LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

Di Pittsburgh - yang pada 1990-an terkenal karena tim olaraga dan industri bajanya tetapi kini bertransformasi jadi kota industri berteknologi tinggi, rekayasa nuklir dan teknolgi biomedikal - mereka memperlihatkan dan menjelaskan hasil karya rancangan atau ciptaannya kepada para juri dengan harapan bisa meraih hadiah uang dan beasiswa senilai total 3 juta dollar AS.

Mereka tampil kasual. Ada yang hanya bercelana pendek saja dengan sepatu kets. Yang lain datang dengan atribut negaranya. Dari Brasil misalnya, kemana-mana dengan seragam kuning dengan tulisan "BRASIL" ukuran besar di bagian dada. Perserta Indonesia mengenakan baju batik.

Para juri kompetisi ini, yang diselenggarakan Society for Science & the Public (SSP) yang menerbitkan Science News, adalah para ilmuwan dan profesional bergelar doktor dari bidangnya masing-masing, termasuk sejumlah peraih Nobel. Bahkan ada sesi dialog dengan nara sumber yang semuanya peraih Nobel. Jadi bisa dibayangkan kredibilitas kompetisi ini.

Karya-karya yang ditampilkan kali ini sangat beragam. Ada penelitian tentang pendeteksian gempa bumi, pembersihan tumpahan minyak, robot-robot yang dapat menavigasi diri, alternatif perawatan kemoterapi dan masih banyak lagi. Sebuah penelitian siswa dari China misalnya menggunakan bunga foxglove bagi pengobatan diabetes tipe 2 yang memberikan hasil lebih baik ketimbang obat-obat umum yang digunakan. Tiga siswa Malaysia melakukan studi tentang inti batang singkong sebagai insulator panas. Dua siswa dari Jerman menampilkan formula baru untuk menghilangkan bau nafas. Seorang siswa dari Jepang memamerkan generasi tenaga listrik dari Youghurt. Meski beragam, seluruh karya mereka terbagi dalam 17 kategori.

Siswa Indonesia

Enam siswa Indonesia dalam kompetisi ini memamerkan tiga karya. Muhammad Lutfi Nurfakhiri dari SMN 1 Bogor, Jawa Barat, memamerkan sensor optik pengukuran efisiensi pemakaian pupuk nitrogen pada tanaman padi. Menurut Lutfi, alat yang sekarang banyak beredar di pasaran Indonesia umumnya buatan Filipina tetapi akurasinya buruk karena sangat bergantung pada cahaya matahari. Ada alat lain yang lebih akurat, buatan Amerika, tetapi harganya sangat mahal, sekitar 1.500 dollar atau sekitar Rp 13.500.000. Tergerak membantu para petani di dekat lingkungan tempat tinggalnya di Bogor, Lutfi lalu merancang alat ukur, yang kata dia, punya akurasi baik dan harganya kalau diproduksi massal hanya sekitar Rp 800.000.

Aulia Azka Januartika, Anas Mufid Nurrochman, serta Amelia Nugrahanigrum dari SMAN 1 Yogyakarta memamerkan karya rancangan dam pemecah lahar dingin. Mereka mengamati dam penahan lahar dingin Gunung Merapi di wilayah Yogyakarta dan menemukan bahwa dam yang ada tidak efektif dan menyulitkan para penambang pasir dan pengumpul batu ketika mengambil material lahar. Mereka lalu merancang model dam yang tidak lagi berbentuk kotak tetapi berbetuk segi tiga yang bisa memisahkan batu dan pasir dari lahar sehingga kemudian dengan mudah bisa ambil untuk digunakan. "Kami lihat dam yang ada sekarang menjadi tumpukan batu dan pasir. Ketika penambang mau ambil pasirnya mereka harus menyaringnya lagi," kata Amelia.
 
Sementara Efa Fazriyah Haryono dan Marwah Zairah dari SMAN I Malimping, Banten memarkan kertas anti-rayap dari jerami padi dengan penambahan daun sirsak.

Para remaja ini memang menampilkan karya-karya yang dekat atau menjadi tawaran solusi bagi daerah atau lingkungan tempat mereka tinggal. Dua remaja Yordania misalnya, menggunakan garam dari Laut Mati untuk menyimpan panas matahari pada siang hari, lalu menjadikan itu sebagai tenaga listrik pada malam hari. Seorang remaja Arab Saudi mengeksplorasi pengobatan herbal untuk demam berdarah, masalah yang sering muncul di negaranya setelah terjadi banjir.

Hadiah

Para pemenang di 17 kategori kompetisi ini akan bersaing untuk mendapat penghargaan E Gordon Moore senilai 75.000 dollar AS. Dua runner-up masing-masing akan menerima Intel Foundation Young Scientists Award, masing-masing 50.000 dollar. Tiga finalis akan menerima Dudley R Herschbach Pengh SIYSS Award -
berupa perjalan gratis ke Stockholm International Youth Science Seminar yang akan mencakup kehadiran pada upacara Hadiah Nobel di Swedia. Hadiah lainnya, berupa 600 kategori hadianh khusus, nilainya berkisar dari 500 sampai 5.000 dollar. Tahun lalu seorang wakil dari Indonesia berhasil meraih hadiah khusus ini.

Kompetisi kali ini adalah yang ke 63. Banyak finalis kompetisi ini telah meraih suskses dari karya mereka yang pernah ditampilakan di ajang ini. "Setiap tahun, yang saya bisa ingat, 20 persen siswa yang datang ke Intel ISEF telah mengajukan permohonan hak paten, dan tahun ini, 25 persen telah punya paten itu," kata Wendy Hawkins, direktur eksekutif Intel Foundation dari Intel Corporation.

Guna merangsang minat wirausaha para peserta, panitia sengaja menghadirkan Benjamin Gulak, CEO & Chairman BPG-Werks, sebagai pembicara utama pada acara pembukan Senin lalu. Gulak terkenal karena menciptakan The Uno, kendaraan bertenaga listrik ramah lingkungan yang menyerupai unicycle (sepeda beroda satu) bermotor. Gulak tiga kali menjadi finalis kompetisi ISEF, yaitu tahun 2004, 2006, dan 2007. Gulak  membagi resep tentang apa yang para remaja itu perlu tahu agar bisa menjadi pengusaha sukses di masa depan.

Contoh sukse lain adalah Amy Chyao, yang memenangkan kompetisi 2010 pada usia 15 tahun. Ia mengembangkan pengobatan kanker dan sekarang hasil karya sudah bisa digunakan.

"Kami menyokong ISEF guna mendukung jutaan inovator muda di seluruh dunia muwujdkan rasa ingin tahu mereka," kata Wendy. "Para peserta yang berkumpul di Pittsburgh punya pontensi untuk berkontribusi dalam memecahkan sejumlah masalah dunia yang mendesak."

Sementara Presesiden Direktur SSP, Elizabet Marincola, mengatakan, "ISEF menyediakan kesempatan bagi para ilmuwan remaja dari seluruh dunia untuk berbagi gagasan dan memamerkan proyek sains mereka. Program ini akan membantu generasi mendatang menemukan solusi baru dalam menghadapi tantangan global." (Egidius Patnistik dari Pittsburgh)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com