Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa Kurang Pahami Konteks

Kompas.com - 26/05/2012, 05:53 WIB

Jakarta, Kompas - Kegagalan siswa pada ujian nasional Bahasa Indonesia di antaranya terkait rendahnya kemampuan memahami konteks bacaan. Selain itu, materi uji yang menekankan pemahaman wacana justru juga menjebak siswa karena pilihan jawabannya bisa diperdebatkan.

Demikian pendapat beberapa narasumber menanggapi banyaknya siswa SMA dan sederajat yang gagal pada materi uji Bahasa Indonesia. Jajang Priatna, Ketua Asosiasi Guru dan Bahasa Sastra Indonesia, Jumat (25/5), mengatakan, ada yang tidak terhubung antara yang diajarkan sesehari di sekolah oleh guru dan evaluasi UN.

”Pembelajaran sehari-hari lebih menekankan keterampilan berbahasa sehingga banyak praktik menulis dan berbicara. Di UN cenderung menguji daya nalar siswa,” katanya.

Ia juga menilai ada perbedaan konsep dasar antara guru dan pembuat soal UN. Di antara guru Bahasa Indonesia saja punya jawaban berbeda dalam membahas satu soal yang sama. Pilihan jawaban ganda yang tersedia juga berbeda tipis sehingga mengecoh.

Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Teuku Ramli Zakaria menegaskan, sebagian besar soal Bahasa Indonesia pada UN berbentuk soal bacaan. Jika guru membiasakan siswa memahami bacaan, mudah bagi siswa memperoleh konteks atau konsepnya.

”Dulu memang masih ada soal-soal yang bersifat grammar, tetapi sekarang diarahkan lebih fungsional,” kata Teuku. Kegagalan siswa memahami kontes dan konsep juga terkait minat baca yang rendah.

Soal sama

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Khairil Anwar Notodipuro mengatakan, tingkat kesulitan soal-soal Bahasa Indonesia untuk UN sama setiap tahun. Melihat rata- rata nilai, tahun ini sebenarnya lebih baik daripada tahun lalu.

”Sebenarnya kemampuan siswa dalam Bahasa Indonesia lebih baik,” ujarnya. Nilai rata-rata tahun ini 7,65. Adapun rata-rata Bahasa Inggris tahun ini 7,40.

Secara nasional, dari 2.210 siswa yang tak lulus pada satu mata pelajaran (nilai kurang dari 4), 484 siswa di antaranya tak lulus karena Bahasa Indonesia. Selebihnya, 822 siswa tak lulus Matematika, 165 siswa di Bahasa Inggris, dan 739 siswa pada mata pelajaran lain.

”Dari segi soal, tingkat kesulitannya tak diturunkan dari tahun ke tahun. Semua bentuk soal sudah ada di kisi-kisi yang kami buat,” ujar Teuku Ramli Zakaria.

Secara terpisah, Abdul Chaer, pengajar Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Jakarta, mengatakan, kegagalan siswa dalam UN Bahasa Indonesia yang terjadi berulang kali bisa jadi akibat apa yang diujikan tidak sesuai dengan yang diajarkan guru.

Ditambah lagi, keadaan sekolah berbeda kondisi dan kualitas. Namun, materi soal UN yang diujikan sama secara nasional.

Kondisi NTT

Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Esthon Foenay di Kupang, mengatakan, pemerintah daerah telah berusaha maksimal mengangkat prestasi kelulusan. Namun, secara nasional masih terendah, dengan angka kelulusan 94,50 persen.

”Tahun ini meningkat 0,7 persen. Namun, masih jauh dari provinsi lain,” katanya. Dari sisi guru tingkat SMP dan SMA, sebagian besar lulusan diploma.

Di Jawa Tengah, kelulusan peserta UN SMA/MA/ SMK tahun ini 99,856 persen. Bahkan, untuk jenjang SMK, tiga siswa Jateng masuk 10 besar di Indonesia. Salah satu siswa peringkat satu nasional, yakni Mutia Rani, siswa SMK Negeri 2 Kota Semarang.

Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, siswa yang lulus diminta tak merayakan kelulusan dengan cara berkonvoi kendaraan dan aksi corat-coret. ”Polisi akan menertibkan siswa yang konvoi karena tak sesuai karakter budaya Banjar,” ujar Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan, yang juga Ketua Pelaksana UN Kalsel, Herman Taufan.

(ELN/LUK/WER/EKI/ KOR/WHO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com