Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bekal Hidup untuk Anak Putus Sekolah

Kompas.com - 28/05/2012, 02:29 WIB

Mukhamad Kurniawan

Prihatin dengan banyak anak putus sekolah di lingkungannya, pasangan suami-istri Cucu Sumiati (32) dan Gunawan (37) tergerak untuk memperbaiki keadaan. Satu demi satu anak dan orangtuanya didatangi. Mereka dibujuk bersekolah dengan iming-iming gratis. Dari usaha itu, lahirlah sekolah gratis sejak pertengahan tahun 2011.

Hanya berbekal survei kecil-kecilan, keduanya memberanikan diri mengajukan pendirian kelas jauh ke pengelola Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Cijeruk di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Cucu meyakinkan banyak siswa tak mampu melanjutkan sekolah karena faktor jarak dan ketiadaan biaya.

”Kami survei di dua RT (rukun tetangga), yakni RT 4 dan 1 Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, untuk membuktikan bahwa benar ada banyak anak putus sekolah. Hasilnya, ada 35 anak putus sekolah atau sekitar 85 persen dari seluruh anak usia di bawah 15 tahun di daerah itu,” kata Cucu.

Cucu dan Gunawan kian termotivasi membujuk lebih banyak anak ketika Kepala SMP Negeri 1 Cijeruk Abdul Rozak merespons positif permohonan pendirian kelas jauh. Kepada orangtua calon siswa, Cucu berjanji menggratiskan biaya pendidikan. Selain itu, dia juga akan mengusahakan seragam, sepatu, dan alat tulis secara gratis.

Usaha itu tak mudah meski Cucu dan Gunawan berulang menjanjikan gratis. Sebagian orangtua tak ingin anaknya bersekolah karena harus bekerja. Mereka antara lain harus membantu berdagang, menjadi pengasuh anak, dan pembantu rumah tangga. Sebagian ingin anaknya sekolah, tetapi tak mampu membayar ongkos transportasi, membeli sepatu dan seragam, serta keperluan lain.

Jarak dari rumah anak-anak itu ke SMP negeri terdekat, yakni SMP Negeri 1 Cijeruk, hanya beberapa kilometer. Namun, mereka harus mengeluarkan ongkos Rp 6.000- Rp 10.000 untuk sekali jalan dengan angkutan umum dan ojek.

”Jangankan mengeluarkan Rp 20.000 untuk biaya transportasi anak ke sekolah, kebutuhan sehari-hari saja kadang tak terpenuhi karena memang tak ada uang. Penghasilan orangtua sebagai buruh harian lepas, buruh tani, dan pedagang tak cukup,” kata Cucu.

Kelas jauh

Terhitung mulai Juli 2011, Cucu dan Gunawan diberi kepercayaan mengelola kelas jauh SMP Negeri 1 Cijeruk. Keduanya diizinkan menggunakan salah satu ruang kelas di SD Langensari untuk menggelar kegiatan belajar- mengajar. Waktu belajar berlangsung pukul 12.30-17.00 setelah jam pelajaran SD Langensari berakhir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com