Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bekal Hidup untuk Anak Putus Sekolah

Kompas.com - 28/05/2012, 02:29 WIB

Demi menjawab kepercayaan itu, Cucu dan Gunawan bergerilya mencari calon siswa. Setiap hari, 2-3 rumah warga didatangi meski tak semuanya berhasil. ”Kadang hanya satu anak (menyatakan siap sekolah) dari ’perburuan’ sehari,” ujarnya.

Dari gerilya selama beberapa pekan, Cucu dan Gunawan berhasil merangkul 24 anak putus sekolah di sekitar tempat tinggalnya. Mereka antara lain dari Desa Palasari dan Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, serta Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Ketiga desa dan kelurahan itu berdekatan.

Para calon siswa yang terjaring adalah lulusan SD Langensari, Tajur Halang 2, Tajur Halang 3, dan Palasari. Sebagian di antaranya telah 1-3 tahun berhenti sekolah dan telah bekerja. Ada beberapa yang diizinkan bersekolah oleh orangtuanya, tetapi tetap bekerja pada pagi harinya.

Dengan membuka kelas jauh di SD Langensari, jarak dari rumah siswa ke sekolah menjadi relatif dekat. Mayoritas siswa Cucu-Gunawan pun menjangkau sekolah dengan jalan kaki. Belakangan, SMP Negeri 1 Cijeruk kelas jauh itu disebut SMP Terbuka Cijeruk dengan dua guru tetap, yakni Cucu Sumiati dan Gunawan.

Persoalan tak berhenti setelah kelas jauh berdiri. Cucu dan Gunawan harus menepati janji gratis yang ditawarkan kepada orangtua. Oleh karena itu, pada awal tahun ajaran, sebagian siswa yang tak mampu membeli seragam dan sepatu diizinkan memakai baju bebas dan tanpa sepatu.

”Saya keliling ke tetangga-tetangga untuk mencari donatur dan meminta sumbangan seragam SMP pantas pakai. Alhamdulillah, semua siswa bisa berseragam dan bersepatu layaknya siswa SMP lain,” kata Cucu.

Ada beberapa siswa yang harus naik angkutan umum untuk pulang-pergi sekolah. Tak jarang, Cucu dan Gunawan harus menyumbang ongkos transpor karena ketiadaan biaya. ”Asal bisa bersekolah, kami siap cari bantuan untuk transportasi,” kata Cucu.

Cucu dan Gunawan hanyalah lulusan sekolah menengah atas (SMA). Namun, keterbatasan itu tak menghalangi niat keduanya belajar secara otodidak dan menularkan ilmu kepada para siswanya. Buku pelajaran dan literatur pendukung Matematika, Fisika, Geografi dan Bahasa Inggris mereka pelajari untuk diajarkan kembali.

Cucu dan Gunawan selalu berinovasi untuk menyiasati keterbatasan sarana sekolah. Untuk pelajaran praktik komputer, misalnya, keduanya menggalang dana patungan siswa untuk menyewa komputer di warung internet. Dengan modal Rp 500 per siswa, Cucu dan Gunawan bisa menyewa 5 unit komputer selama satu jam. Satu unit komputer untuk 4-5 siswa.

Cucu dan Gunawan juga melobi pemilik kolam renang agar bisa praktik renang berbiaya murah. Keduanya juga belajar menjahit, menyulam, dan merajut secara otodidak untuk kemudian ditularkan kepada 24 siswanya pada pelajaran keterampilan atau ekstrakurikuler.

Meski berstatus guru pamong (sukarelawan) dengan honor Rp 200.000 per bulan, Cucu dan Gunawan selalu bersemangat menggelar kegiatan belajar-mengajar bagi para siswanya. Keduanya bahkan menggelar enam hari belajar dalam sepekan dengan lama belajar 4,5 jam per hari. Menurut Cucu, sebagian SMP terbuka hanya belajar 3-5 hari sepekan.

Pada awal belajar, tak sedikit siswa minder karena bersekolah di kelas jauh atau siswa SMP terbuka. Namun, Cucu dan Gunawan selalu menyuntikkan motivasi dan beberapa prinsip, yakni berani, jujur, optimistis, saling menghargai, dan mau bekerja keras.

”Prinsip-prinsip itu bekal hidup. Kami tak ingin anak-anak itu terjebak dalam kebodohan dan kemiskinan lagi. Sudah miskin, tak mau sekolah (belajar) lagi,” kata Gunawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com