Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tanah Airku" di Berlin

Kompas.com - 01/07/2012, 02:41 WIB

Salomo Simanungkalit

Jitu betul keputusan Addie MS. Bukan Aning Katamsi, bukan pula Daniel Kristianto, melainkan Bettina Jensen, soprano Jerman, yang ia pilih membawakan ”Tanah Airku” dalam pergelaran Orkes Twilite di Konzerthaus Berlin, Jerman, Selasa (19/6).

Walaupun banyak negeri kujalani

yang masyhur permai dikata orang

tetapi kampung dan rumahku

di sanalah kurasa senang

tanahku tak kulupakan

engkau kubanggakan

Siapa lagi orang Indonesia yang sanggup memikul sabda Ibu Soed itu? Pendidikan di sekolah dasar sampai perguruan tinggi diskriminatif. Antarkelompok dibiarkan berkelahi sampai bunuh- membunuh. Pegawai yang lurus di masa pensiun bagai kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau.

Di Jerman sebaliknya. Anak- anak dalam usia sekolah adalah permata negara: bagi mereka, pendidikan bermutu tinggi yang merata merupakan kewajiban negara. Memulai perkelahian yang membabitkan fisik didera antara lain dengan denda 2.000 euro. Gaji pegawai dikerat sampai 40 persen, tetapi dengan bekal potongan itu, pegawai di masa pensiun bisa bersenang-senang di hari tua. Adalah pemandangan kaprah: lansia di seantero Berlin menghayati sore-malam dengan minum-duduk di kafe.

Meski dengan lafal yang kurang jernih di beberapa bagian, Bettina Jensen dengan hanya satu lagu mendapat aplaus pada konser 60 tahun hubungan Indonesia-Jerman di gedung konser kebanggaan Berlin Timur semasa Perang Dingin itu. Soprano yang sekian kali memainkan peran opera di gedung prestisius Staatsoper Unter den Linten dan Deutsche Oper Berlin, Jensen pada 3 Desember 2011 memperdengarkan suara tingginya yang ”meruang” di Aula Simfonia, Kemayoran, Jakarta. Ia cukup dekat dengan musisi Indonesia.

Pergelaran Orkes Twilite pimpinan Addie MS yang melibatkan 56 musisi dan 38 penyanyi yang tergabung dalam Kor Twilite terselenggara berkat anggaran negara yang dikelola dua lembaga: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kedutaan Besar RI untuk Jerman. Duta Besar Eddy Pratomo mengatakan mempersiapkan program ini selama setahun, termasuk mendapat waktu luang di Konzerthaus.

Tepatlah yang dikatakan Addie MS pada pertemuan teknis se- belum konser di wisma kedutaan kita di Berlin, ”Saya sadar mem- bawa bendera negara, bukan bendera Twilite Orchestra. Bangga karena setelah di Bratislava, Slovakia (12 Juni), kami tampil di Konzerthaus Berlin, tempat ’Simfoni 9’ Beethoven diperdana- kan.”

Khazanah Nusantara

Addie MS menata programnya dengan empat nomor pertama dari perbendaharaan klasik Barat dan enam nomor berikutnya dari khazanah Nusantara. Dibuka dengan ”Festive Overture, Op 96” karya Dmitri Shostakovich (1906-1975), konser ini di nomor berikutnya memperdengarkan sensasi pentatonik Bali melalui ”Tabuh-tabuhan” gubahan komposer Kanada, Colin McPhee (1900-1964), musikolog Barat yang memulai studi etnomusikologi Bali. Komposisi yang terdiri dari tiga tema itu menampilkan duet pianis, Levi Gunardi dan Johannes Sebastian Nugroho, serta I Nyoman Trieswara Minartha dan Aubrey Victoria Pratama yang berperan mengisi timbre Bali.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwan- dar yang hadir dalam konser itu kepada wartawan mengatakan bahwa dialah yang meminta Addie MS ikut merayakan 60 tahun hubungan Indonesia-Jerman itu. ”Kita mau memperlihatkan bahwa orkes dari Indonesia mampu unjuk gigi di kandang singanya musik klasik,” katanya.

Boleh jadi, untuk menjawab tantangan ini, Orkes Twilite membawakan ”Rhapsody in Blue” George Gershwin (1898-1937) yang memprasyaratkan seorang virtuoso dalam piano serta peniup klarinet dan trompet yang kawakan mengembuskan napas musikal sisi Barat New York. Sebagian tantangan itu terjawab oleh virtuositas Levi Gunardi yang sangat cermat menakar dinamika serta meniti melodi dan akor dengan tempo yang amat tinggi itu. Juga peran Eugen Bounty (klarinet) dan Eric Awuy (terompet) yang antara lain amat bersih meniupkan bunyi yang sangat Amerika beberapa bar sebelum piano masuk pada karya berdurasi 17 menit itu.

Seorang penonton Jerman menghampiri Levi. ”You are as good as Lang Lang,” katanya kepada Levi. Lang Lang tentu kita kenal sebagai pianis prodigy asal Tiongkok yang mendunia dan merayakan ulang tahun ke-30 pada 15 Juni lalu melalui ”Lang Lang Berlin Concert” di O2 Stadium Berlin.

Orkes Twilite memeragakan kemulusannya saat membawakan karya-karya Nusantara: ”Rangkaian Melati” (R Maladi) oleh Aning Katamsi, ”Janger” dibawakan Kor Twilite, ”Indonesia Pusaka” (Ismail Marzuki) dibawakan bariton Daniel Kristianto, ”Nyanyian Negeriku” sebagai medley lagu Aceh, Minang, Kalimantan Selatan, Jawa, Minahasa, dan Papua dalam komposisi paduan suara garapan Singgih Sanjaya dinyanyikan Kor Twilite.

Aning Katamsi pasti lebih mantap melantunkan ”Tanah Airku”. Untung ini tak terjadi sebab menjadi tidak kontekstual. Namun, suara merdunya hinggap di telinga sekitar 1.000 penonton, sebagian besar warga Jerman yang tinggal di Berlin, melalui ”Caecilie” dari Richard Strauss.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com