JAKARTA, KOMPAS -
Kepala Kepolisian Resor Sleman Ajun Komisaris Besar Hery Sutrisman mengatakan, para peserta ujian menempatkan semacam rangkaian telepon seluler pada bagian dalam tubuh. Alat dihubungkan kabel ke layar monitor kecil sekitar 1 sentimeter x 5 sentimeter yang ditempelkan di lengan atau bagian tubuh tersembunyi.
”Modelnya seperti telepon seluler yang dimodifikasi. Layarnya dipasang pada pergelangan
Sebanyak 43 peserta yang diperiksa adalah peserta seleksi ujian. Menurut Hery, polisi masih mencari satu peserta yang diduga berlaku sebagai joki. ”Ia mengerjakan soal dengan cepat, lalu hasilnya dikirim kepada peserta lain,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Humas UGM Wiwit Wijayanti mengatakan, dugaan kasus perjokian kali ini mengejutkan karena melibatkan banyak orang. Pihaknya menyebut 52 orang terlibat. ”Sebelumnya pernah ada beberapa kali praktik joki, tetapi hanya satu dua orang saja,” ujarnya.
Dugaan perjokian awalnya diketahui panitia penyelenggara ujian. Mereka menemukan beberapa peserta ujian menggunakan alat-alat komunikasi dan jam. Padahal, sejak awal peserta dilarang membawa alat komunikasi dan hanya dibolehkan membawa pensil, penghapus, kartu peserta, dan KTP.