Hemat Listrik Belum Jadi Budaya

Kompas.com - 16/07/2012, 16:30 WIB
Adi Sucipto

Penulis

LAMONGAN, KOMPAS.com - Masyarakat dinilai belum menghemat energi, khususnya listrik akibat ketidaktahuan dan ketidakmampuannya secara ekonomi. Penghematan listrik juga belum menjadi budaya masyarakat.

Imam Asyary dari Dinas Energy dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur, Senin (17/7/2012) mencontohkan masyarakat justru menggunakan lampu neon berbalas kawat yang sangat boros. Mereka mengira lampu neon 10 watt berbalas kawat konsumsi energinya juga 10 watt, padahal mencapai 50-70 watt.

Imam menambahkan, di sisi lain, kemampuan ekonomi masyarakat yang lemah menjadi penyebab mereka belum bisa hemat energi. Mereka hanya dapat membeli peralatan listrik yang asal murah walaupun boros energi.

"Di perkantoran, penghematan listrik terkendala pola pikir karyawan yang tidak berubah. Penghematan konsumsi listrik tidak efisien karena karyawan merasa berapapun habisnya yang membayar kantor sehingga tidak ikut bertanggung jawab," ujar Imam.

Dosen Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri Institut Sepuluh Nopember Surabaya, Ali Musyafa mengatakan, manajemen energi menjadi penting sebagai solusi penghematan energi. Keberhasilan manajemen energi sangat ditentukan faktor manusia. Meski saat ini sudah menjamur berbagai teknologi baru untuk penghematan energi.

"Dengan penghematan energi, keuntungan bisnis akan semakain besar karena adanya penurunan biaya operasioanal. Efisiensi satu persen saja dalam bisnis akan langsung meningkatkan keuntungan perusahaan," ujar Ali.

Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan Kabupaten Lamongan, M Wahyudi berharap penghematan dan mendayagunakan sumber daya alam secara tepat guna, sebab sumber daya alam tidak dapat diperbarui. Penghematan energi listrik dan bahan bakar minyak bersubsidi, akan menghemat anggaran sampai dengan 25 persen. Berdasarkan Inpres Nomor 13 tahun 2011 target penghematan energi listrik adalah 20 persen, pengehmatan air 10 persen, dan penghematan BBM 10 persen.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau