Penyebab Bentrok Batam Diungkap

Kompas.com - 20/07/2012, 13:05 WIB
Kris R Mada

Penulis

BATAM, KOMPAS.com - Bentrokan berdarah di kawasan Jodoh, Batam sudah lewat sebulan. Salah satu tersangka kasus itu, Tony Fernando Pakpahan akhirnya bersedia memaparkan penyebab konflik versi pihaknya.

Tony mengatakan, bentrokan pada Senin (18/07/2012) sore itu adalah puncak dari serangkaian peristiwa sebelumnya. Pada Jumat (15/07/2012) pagi, Tony bersama rekannya sedang berada di lahan sengketa di kawasan Batu Ampar, Batam. "Kami di sana karena menjaga aset PT Hyundae Metal Indonesia (HMI) yang dimiliki sejak 1996. Kepemilikan kami dibuktikan dengan empat sertifikat," ujar Manajer Operasional PT HMI itu, Jumat (20/7/2012) di Batam, Kepulauan Riau.

Saat itu, tiba-tiba datang sekelompok orang. Mereka membawa aneka senjata tajam dan bermaksud mengusir kelompok Tony. "Waktu itu tidak terjadi bentrokan, walau situasi memanas. Kami meminta perlindungan polisi secara resmi," ujarnya.

Namun, permintaan itu tidak terealisasi. Sebab, pada Senin (18/07/2012) pagi, sekelompok orang kembali mendatangi Tony dan rekan-rekannya. Mereka langsung menyerang dengan aneka senjata tajam dan pukulan kayu. "Hanya ada beberapa polisi yang tidak dapat mengendalikan situasi karena kekurangan kekuatan," ujarnya.

Setelah serangan itu, Tony dan rekan-rekannya menyimpulkan mereka tidak bisa mengharapkan perlindungan dari polisi. Sebab, dua kali mereka didatangi kelompok yang sama. "Kami memutuskan menggunakan cara yang sama. Namun, tidak serta merta kami gunakan kekerasan," ujarnya.

Ada rentang enam jam antara bentrokan pagi di kawasan Batu Ampar dengan bentrokan sore di kawasan Jodoh. Dalam rentang enam jam itu, Tony melalui tim pengacaranya sudah meminta polisi menangkap kelompok penyerang. "Karena tidak ada respon, kami putuskan gunakan cara yang sama," ujarnya.

Keputusan itu berujung pada bentrok kelompoknya dengan kelompok Basri. Dalam bentrok itu, Johan Sihombing tewas. Sementara 10 orang lain luka-luka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau