Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riuh Hiburan Kala Ramadhan

Kompas.com - 23/07/2012, 16:02 WIB

Budi Suwarna

Komedi di waktu sahur, sinetron dan reality show di waktu berbuka. Begitulah sebagian stasiun televisi menyodorkan hiburan selama Ramadhan. 

Indosiar berusaha mengocok perut penonton dengan acara Sahur Bersama Srimulat. Pengisi acaranya mulai Tessy, Doyok, hingga Nurbuat. RCTI berusaha mencuri perhatian pemirsa dengan Kampung Sahur yang menampilkan pelawak ”langganan acara sahur”, seperti Eko Patrio, Komeng, dan Oppie Kumis. SCTV menayangkan Sabarrr Tingkat 2 yang dipandu pelawak Tukul Arwana.

Trans TV juga menghadirkan komedi Waktunya Kita Sahur, beda tipis dengan nama acara sahur Trans TV tahun lalu, yakni Saatnya Kita Sahur. Pelawak yang dilibatkan juga belum bergeser dari sosok Olga Syahputra, Cagur, dan Adul. ANTV mengandalkan Sahur Bareng Mamah yang dipandu ustazah Dedeh Rasidah dan pelawak Abdel. Dedeh yang biasa disapa Mamah tidak hanya menjawab ”curhat” pemirsa, tetapi juga memberi kejutan dengan membelikan tamunya hadiah atau tiket untuk mudik.

”Islam Nusantara”

Berbeda dengan stasiun televisi lain, Kompas TV menyodorkan program dokumentari Islam Nusantara di waktu sahur. Program ini menyajikan jejak perjalanan Islam di sejumlah daerah di Indonesia. ”Kami memilih menyajikan acara yang berbeda sebab televisi lain pasti menyajikan sinetron dan lawak,” ujar Indra Yudhistira, Direktur Produksi dan Pemograman Kompas TV.

Bagaimana dengan acara televisi di saat waktu berbuka? Kompas TV mengunggulkan acara Komedi Ramadhan dan Indonesia Harus Buka yang dibintangi komik-komik jebolan acara Stand Up Comedy Indonesia. ”Sambil menunggu waktu berbuka, kita mengajak orang tertawa,” ujar Indra.

Stasiun televisi lain, seperti Indosiar, MNC, dan RCTI, menayangkan sinetron di sekitar waktu berbuka. Indosiar menyodorkan Wali Songo, MNC menawarkan Tendangan Si Madun Season 2, RCTI mencoba menarik perhatian dengan Dalam Mihrab Cinta. Sementara itu, Trans TV, ANTV, dan SCTV bertarung dengan reality show.

Setelah waktu berbuka, ”pertarungan” antarsinetron kembali terjadi antara SCTV dan Indosiar. SCTV menayangkan Insya Allah yang dibintangi penyanyi Swedia kelahiran Lebanon, Maher Zain, sedangkan Indosiar menayangkan sinetron Indonesia-Korea Saranghae, I Love You yang dimainkan pesinetron lokal dan Korea.

Indra mengatakan, persaingan antarstasiun televisi biasanya sangat ketat selama Ramadhan sebab belanja iklan perusahaan selalu meningkat pada Ramadhan. ”Selain itu, gengsi stasiun televisi yang bisa memenangi persaingan pada Ramadhan juga akan naik,” ujar Indra.

Gufroni Sakaril dari bagian Humas Indosiar menambahkan, umumnya stasiun televisi bertarung ketat di jam tayang utama di waktu sahur, di waktu buka, dan setelah berbuka.

Paradoks

Kalau kita perhatikan, tayangan televisi selama Ramadhan dari tahun ke tahun tidak banyak berubah. Sinetron, komedi, dan reality show selalu mendominasi. Penelitian yang dilakukan Pusat Studi Komunikasi dan Media Universitas Muhammadiyah Yogyakarta memperlihatkan, durasi tayangan sinetron selama Ramadhan tahun lalu mencapai 31,16 jam per hari dan komedi 13,5 jam per hari. Pengajian/dakwah hanya 7,6 jam per hari.

Pendekatan acaranya pun sama dari tahun ke tahun. Ratna Noviani, dosen Program Studi Kajian Budaya dan Media, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, melihat, pengelola televisi setiap Ramadhan cenderung memberi label Ramadhan pada acara-acara tertentu.

”Acara apa saja tinggal diberi label Ramadhan. Jadilah, acara Ramadhan,” ujar Ratna.

Praktik semacam itu tahun ini kita temukan antara lain pada acara Jika Aku Menjadi yang selama Ramadhan berubah jadi Jika Aku Menjadi Ramadhan, Sik Asik menjadi Sik Asik Ramadhan, Buaya Show jadi Buaya Show Ramadhan.

Pengelola televisi, lanjut Ratna, juga cenderung memoles pengajian/dakwah sedemikian rupa menjadi sebatas tontonan. Itu sebabnya pengajian/dakwah dibuat gemerlap, diwarnai konser musik, dan kadang disertai bagi-bagi hadiah.

Ratna berpendapat, kecenderungan pendekatan tayangan televisi yang seperti itu banyak menghadirkan paradoks. Alih-alih menciptakan suasana khusyuk, televisi justru menghadirkan keriuhan. ”Di satu sisi kita diajarkan menahan diri selama Ramadhan, di sisi lain kita didorong menuntaskan hasrat mengonsumsi produk-produk (yang diiklankan) televisi,” kata Ratna.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com