Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ijazah Mahasiswa UI Terancam Terbengkalai

Kompas.com - 03/08/2012, 21:37 WIB
Ali Sobri

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com — Jelang berakhirnya masa jabatan Rektor Universitas Indonesia (UI) pada Selasa (14/8/2012) mendatang tidak lantas menyelesaikan kisruh yang terjadi di lingkungan kampus UI tersebut. Bahkan, Badan Eksekutif Mahasiswa se-UI telah mendeklarasikan tuntutan pemberhentian Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri yang digelar dua hari lebih awal dari masa berakhir jabatannya.

Di hari yang sama, sembilan dekan UI juga menyatakan sikap tidak percaya terhadap keputusan Rektor yang telah memberhentikan delapan dekan fakultas UI, serta seorang kepala program pascasarjana tanpa alasan jelas. Pernyataan tersebut kemudian dituangkan dalam surat mosi yang dilayangkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jumat (3/8/2012).

Akumulasi kisruh tersebut juga berdampak pada mahasiswa. Selain menyebabkan instabilitas kampus, hasilnya, 9.000 ijazah mahasiswa UI terancam bakal terbengkalai.

"Kasihan memang mahasiswa yang akan diwisuda nanti jadi terlibat persoalan penandatanganan ijazah. Tahun ini akan ada 9.000 wisudawan, dikhawatirkan ijazah mereka hanya akan ditandatangani oleh dua PJS," terang Dekan Fakultas Teknik Bambang Sugiarto saat menggelar konferensi pers Pernyataan Sikap 9 Dosen, di Auditorium FT UI, Jumat (3/8/2012).

Soal ijazah, menurut Dekan Fakultas Kedokteran Ratna Sitompul, justru tidak akan menjadi masalah. Sebab, masih ada waktu penandatanganan ijazah sampai dengan 7 September nanti.

"Wisuda kan tanggal 7 September, mulai akhir jabatan Rektor 14 Agustus nanti sampai tanggal tujuh kan masih bisa. Lagian mahasiswa juga tidak mau ijazahnya ditandatangani orang yang salah," ujar Ratna.

Sementara itu, mahasiswa UI mengakui bahwa Rektor Gumilar pada masa jabatannya banyak menggelar pembangunan megah di UI yang hasilnya tidak sesuai dengan harapan.

"Memang banyak, tetapi tidak kunjung usai dan tidak memberikan manfaat besar bagi mahasiswa," ujar Ketua BEM UI Faldo Maldini.

Atas akumulasi kisruh tersebut, mahasiswa mendesak Kemendikbud memberhentikan Rektor UI dua hari lebih cepat, yakni 12 Agustus nanti.

"Kepemimpinan Rektor UI tidak bisa dipercaya lagi, keputusan yang dibuatnya selalu sepihak dan tidak ada sosialiasi yang jelas. SK yang turun kadang keluar belakangan. Menurut saya, itu bermasalah. Ini membuat kami terpukul, mengganggu, dan kami menolak kesewenang-wenangan kerja rektor," jelasnya lagi.

Faldo mengancam, kalau Gumilar tidak segera turun pada batas tersebut, BEM UI dan mahasiswa akan menggelar demo besar-besaran.

"Kita bakal duduki rektorat siang dan malam, tarawih, sahur di sana juga," ancamnya.

Faldo mengungkapkan, batas jabatan Rektor yang harus berakhir pada 12 Agustus nanti adalah keinginan mahasiswa karena khawatir Rektor Gumilar akan melewati batas tersebut.

"Dekan dan MWA sudah meminta Pak Menteri untuk mengganti segera Rektor UI per tanggal 1 Agustus, buktinya mundur tanggal 14 Agustus. Asumsi mahasiswa kita harus menuntut tanggal 12 Rektor (Gumilar) sudah berhenti," tegasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Rektor UI Gumilar memberhentikan delapan dekan dan satu orang kepala program pascasarjana. Masa jabatan para dekan itu memang telah habis, tetapi diperpanjang pada 22 Desember 2011. Saat itu ada perjanjian antara Rektor, Majelis Wali Amanat (MWA), serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) untuk menyelenggarakan pemilihan dekan setelah pemilihan rektor. Akan tetapi, nyatanya Rektor langsung memberikan surat pemberhentian bertahap. Mulai dari Dekan FKG, FMIPA, dan FT UI, yang kemudian disusul Dekan FIB, FKM, F Keperawatan, kemudian FK, dan FISIP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com