Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kultur Ilmiah di Undana Mati Suri

Kompas.com - 11/08/2012, 16:05 WIB
Frans Sarong

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com -- Tahun ini, tepatnya pada 1 September, Universitas Nusa Cendana (Undana), Kupang, Nusa Tenggara Timur, genap berusia 50 tahun. Usia emas itu diharapkan menjadi momentum melakukan refleksi mendalam demi tumbuhnya kultur ilmiah yang lebih sehat di lingkungan Undana.

"Kultur ilmiah di Undana mati suri. Sebagai perguruan tinggi terbesar di NTT, Undana seharusnya memiliki berbagai fasilitas pendukung yang menyehatkan kultur ilmiahnya," tutur Dr Marsel Robot, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Undana, Sabtu (11/8/2012) di Kupang.

Ia menyebut sejumlah contoh. Di antaranya, Undana hingga kini belum didukung penerbit atau percetakan. Undana bahkan juga belum memiliki toko buku di dalam kompleksnya. Padahal sejumlah fasilitas itu sangat dibutuhkan demi tumbuhnya kultur ilmiah di lingkungan kampus.

"Saya tahu tidak sedikit kalangan dosen Undana yang berkemampuan menulis buku sesuai keahliannya. Namun potensi itu menjadi mati suri karena jika dimungkinkan harus berurusan dengan pihak luar, yang selanjutnya dengan konsekuensi biaya tidak kecil," tuturnya.

Di NTT, Marsel juga dikenal sebagai penyair. Bulan lalu ia menerbitkan buku kumpulan puisi berjudul Nyanyian Pesisir. Buku 87 halaman itu diterbitkan oleh Indie Book Corner, Yogyakarta.

Undana saat ini didukung 17.142 mahasiswa dan 888 dosen. Kelompok dosen itu terdiri dari guru besar (23), doktor (116), dan selebihnya bergelar S2 dan S1. Undana sudah menghasilkan sedikitnya 40.000 alumni, sebagian besar di antaranya menjadi birokrat di lingkungan pemerintah daerah tingkat provinsi hingga kabupaten/kota di NTT.

"Benar adanya kalau alumni Undana kini sudah menjadi pengendali utama tata kelola pemerintahan di NTT. Namun terlalu naif kalau prestasi itu dikategorikan sebagai capaian emas Undana. Undana masih harus memburu capaian emas yang bersentuhan dengan pergumulan ilmiah," papar Marsel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com