Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah Meredam "Serbuan" Perguruan Tinggi Asing?

Kompas.com - 15/08/2012, 15:35 WIB

MALANG, KOMPAS.com - Praktisi Pendidikan Kota Malang, Jawa Timur, Nurcholis Sunuyeko menyatakan, karakteristik kampus yang menjadi ciri khas akan mampu meredam serbuan berdirinya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) asing di Tanah Air. Undang-undang Perguruan Tinggi (UU Dikti) yang disahkan Juli lalu memang memberikan ruang lebih besar bagi berdirinya PTS asing di Indonesia, dengan memenuhi sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah kerja sama dengan perguruan tinggi lokal.  

"Masyarakat kita ini masih sangat asing minded, sehingga pengelola PTS di Tanah Air juga harus memiliki karakteristik yang bisa ditonjolkan agar mampu bersaing dengan PTS asing yang kemungkinan tidak lama lagi akan membanjiri Indonesia," kata Nurcholis, di Malang, Rabu (15/8/2012).

Menurutnya, masyarakat Indonesia masih silau dengan segala hal yang berbau asing termasuk pendidikan tingginya. Meski demikian, Nurcholis yang juga Rektor IKIP Budi Utomo itu, mengaku, tidak terlalu khawatir karena PTS di Indonesia sudah memiliki karakteristik sendiri yang tidak bisa ditiru PTS asing, yaitu ke-Indonesiaan yang dinaungi oleh Pancasila.

Selain menyoroti semakin terbukanya peluang PTS asing menyelenggarakan pendidikan di Indonesia, Nurcholis juga menyoroti otonomi kampus di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang justru memberatkan perkembangan PTS.

Ia menilai, otonomi yang diberikan pemerintah kepada PTN membuka peluang bagi PTN untuk menerima mahasiswa sebanyak-banyaknya dan memungut biaya dari mahasiswa setinggi-tingginya. Kondisi itu, katanya, menggerus "ladang" PTS. Sebab, lanjut Nurcholis, tak bisa dipungkiri masyarakat akan lebih memilih menempuh studi di PTN dan PTS asing dibandingkan PTS lokal. Walau pun untuk itu, mereka harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi.

"Kalau hal ini terus berlanjut, bagaimana PTS lokal bisa berkembang? Mahasiswanya saja habis diambil PTN. Kondisi ini yang membuat PTS lokal kelimpungan dan tingkat persaingannya untuk mendapatkan mahasiswa semakin tinggi," papar Nurcholis.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com