Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UIN Malang Temukan Model Tanam Dinamis

Kompas.com - 05/09/2012, 10:36 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Suhartono, seorang dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Jawa Timur, menemukan sistem pemodelan pertumbuhan tanaman dinamis. Lebih efektif, untuk tanaman kedelai dan bunga.

Menurut Suhartono, saat ditemui Kompas.com, Selasa (4/9/2012) kemarin di kampus UIN Maliki Malang, selama ini, Indonesia sering kekurangan pasokan kedelai. Padahal Indonesia adalah negara agraris. Ternyata problemnya terletak pada masih lemahnya pengembangan produksi kedelai.

"Dalam penelitian yang kami yang lakukan selama tiga tahun itu, berhasil menemukan temuan baru berupa 'pemodelan pertumbuhan tanaman dinamis yang mengintegrasikan metode Fuzzy Mamdani dan Metode Genetic-L-System Programming'," katanya.

Penelitian tersebut telah diujicobakan ke tanaman bunga kembang kertas. "Yang dimaksud sistem dinamis itu, mampu menghasilkan pengaruh pemberian variasi komposisi pada pertumbuhan sebuah tanaman. Yang awalnya, tanaman tidak bisa diketahui hasilnya, dengan sistem yang kami temukan bisa diketahui," katanya.

Lalu, dengan metode "Pemodelan pertumbuhan tanaman dinamis yang mengintegrasikan metode Fuzzy Mamdani dan Metode Genetic-L-System Programming," itu, orang yang akan menanam akan mengetahui hasil tanaman sebelum dipanen. Apa saja yang yang dibutuhkan tanaman dan yang akan mempengaruhi tanaman, sudah diketahui terlebih dahulu.

"Petani sudah bisa memprediksi pertumbuhan tanaman yang akan ditanam. Metode ini lebih efektif untuk sistem tanam kedelai, bunga dan padi. Tapi juga bisa dipakai untuk semua jenis tanaman," jelas pria yang tengah menyelesaikan program doktornya di Pasca Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.

Hasil temuannya tersebut, aku Suhartono, sudah diminta oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, untuk diterapkan di Kabupaten Nganjuk. "Namun, akan digunakan untuk tanaman padi, bukan kedelai," katanya.

Ditanya apakah ke depan akan diterapkan untuk sistem tanam kedelai? Suhartono mengaku, jika pemerintah atau ada lembaga yang memintanya, ia siap menjalankannya. "Agar tanaman kedelai di Indoensia bisa tumbuh dengan optimal," katanya.

Suhartono menambahkan, dengan temuan metode dan sistem yang dihasilkannya tersebut, bisa meringankan beban bagi petani dan membuang spekulasi yang berakibat tidak menguntungkan. "Karena dengan temuan itu, petani sudah mengetahui terlebih dahulu kebutuhan tanaman dan antisipasinya agar hasilnya optimal," katanya.  "Tingkat errornya hanya 13 persen. Dan temuan itu, sudah berbentuk program dalam bentuk software," sambungnya,

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com