Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Rohani Bantah Lakukan Kekerasan pada Siswanya

Kompas.com - 05/09/2012, 15:34 WIB
Galih Prasetyo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tindak kekerasan yang terjadi di SDN Tugu Utara 23 Pagi, Jakarta Utara terhadap sejumlah siswa dibantah oleh pihak sekolah, terutama Rohani, wali kelas III, guru yang diduga melakukannya tindak kekerasan ini. Dengan ditemani Kepala Sekolah setempat bernama Susiwi Astuti, Rohani menampik tindak kekerasan yang ditudingkan kepadanya.

Menurutnya, persepsi itu lantaran memang terkait pembawaan dan cara berbicaranya yang diakuinya lantang dan tegas. Oleh karena itu, para murid menilainya sebagai guru yang galak.

"Terus terang memang kalau saya mengajar dianggap galak. Barangkali karena pembawaan saya yang bersuara lantang dan tegas sehingga anak-anak menilai saya galak," kata Rohani saat ditemui Kompas.com di sekolah yang beralamat di Jalan Keramat Jaya Komplek Perla, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Rabu (5/9/2012) siang.

Guru yang sudah mengajar selama 30 tahun ini mengatakan, apabila ada siswa yang mengatakan dipukul, ditampar dan lain sebagainya itu tidak benar. Dia mengaku hanya menyentuh siswa tersebut. Meski demikian, Rohani juga membenarkan bahwa siswa yang tidak mengejakan pekerjaan rumah (PR) dihukum dan siswa yang salah mengerjakan soal pelajaran ditegurnya. Namun, itu dilakukan tanpa kekerasan.

"Kalau yang tidak mengerjakan PR yang jelas saya hukum. Tetapi kalau sampai dianiaya, dipukul, ditampar, dimaki itu tidak benar," ujar Rohani yang sudah mengajar selama 10 tahun di SD tersebut.

Sebelumnya, orangtua Siti Maisaroh, atau biasa disapa Maisa, melaporkan Rohani karena anaknya mengaku mengalami kekerasan dari Rohani karena dinilai tak mengerjakan PR ilmu pengetahuan alam (IPA), Jumat (31/8/2012) lalu. Maisa sendiri mengaku sudah mengerjakan PR itu, namun hari itu dia tak membawa buku PR-nya karena sedang tidak ada mata pelajaran tersebut pada hari itu.

Maisa mengaku menerima perlakuan yang tidak menyenangkan, seperti dimaki. Kejadian itu disaksikan Ariyanto (38) ayah Maisaroh saat berniat menjemput anaknya. Bukan hanya itu, siswa lain juga mengaku mengalami tindakan serupa. Ibu Maisa, Siti Hanifah, mengatakan hampir semua siswa pernah mengalami perlakuan tersebut hanya saja tidak berani mengungkapkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com