Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa di Luar Negeri agar Ditambah

Kompas.com - 07/09/2012, 14:20 WIB
Cyprianus Anto Saptowalyono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia masih mengalami kendala dalam hal ilmu pengetahuan dan rekayasa ketika harus bersaing dengan negara lain. Pemerintah perlu menyisihkan dana dari APBN untuk beasiswa pendidikan bidang tersebut di luar negeri.

”Jumlah mahasiswa kita di luar negeri mesti dilipatgandakan karena jauh lebih kecil dari China, India, dan bahkan Vietnam,” kata Ketua Yayasan Prasetiya Mulya, Djisman Simanjuntak, di Jakarta, Kamis (6/9).

Djisman ditemui di sela Konferensi Bisnis Internasional bertajuk ”Konvergensi Besar Timur dan Barat” menyambut 30 tahun Sekolah Bisnis Prasetiya Mulya yang digelar di Hotel Mulia, Jakarta.

Sebagai perbandingan, tutur Djisman, jumlah mahasiswa China di luar negeri lebih dari 600.000 orang, jauh lebih besar dari jumlah mahasiswa Indonesia di luar negeri, yang sekitar 40.000 orang.

Executive Associate Dean HSBC School of Business, Peking University, Vincent Chang yang menjadi pembicara dalam konferensi tersebut menyinggung soal ilmu dari Barat yang menjadi basis peradaban.

Pembicara lain adalah Dean College of Business Korea Advanced Institute of Science and Technology.

”Jadi, kalau Indonesia juga mau menguasai ilmu teknologi, sebagian dari kita harus pergi ke sumbernya. Langkah ini pula yang dilakukan China,” kata Djisman.

Profesor Sjamsul Arifin Ahmad, profesor emeritus ITB yang menjadi pembicara dalam konferensi tersebut, memaparkan melimpahnya keanekaragaman hayati di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bioindustri, termasuk pemanfaatannya di dunia pengobatan.

”Indonesia nomor dua setelah Brasil ditinjau dari keanekaragaman hayati yang dimiliki,” kata Sjamsul.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi, yang ditemui seusai menjadi pembicara kunci, menekankan perlunya kerja sama di bidang edukasi dengan negara di kawasan Asia untuk mengatasi ketertinggalan teknologi dengan Barat.

”Bagi Indonesia, kuncinya harus bersama-sama antara pemerintah, swasta, dan lain-lain dalam memperbaiki sistem pendidikan,” kata Sofjan. (CAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com