Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SMK Mengembangkan Industri Kreatif Batik

Kompas.com - 10/09/2012, 08:16 WIB
Ester Lince Napitupulu

Penulis

KOMPAS.com - Pendidikan menengah kejuruan berbasis seni atau kerajinan berpotensi mengembangkan industri kreatif di daerah. SMKN 5 Mataram membuktikannya dengan menciptakan tren batik di Nusa Tenggara Barat, yang dikenal dengan nama batik Sasambo. Ester Lince Napitupulu

Batik Sasambo menggali desain dari seni, budaya, tradisi, kuliner, hingga alam dari tiga suku di Nusa Tenggara Barat (NTB), yakni Sasak, Samawa (Sumbawa), dan Mbojo (Bima). Batik yang didesain dan diproduksi guru serta siswa SMKN 5 Mataram sejak tahun 2008 ini dikenal dengan nama batik Sasambo.

Motif batik Sasambo yang pertama adalah kangkung, sayuran yang menjadi makanan khas NTB. Motif lain yang diminati adalah lumbung, rumah adat Lombok, bebele (tanaman Ginkgo biloba), dan biota laut.

Keseriusan SMKN 5 Mataram memproduksi batik Sasambo tampak dari galeri di sekolah yang diresmikan Gubernur NTB pada April 2010. Galeri buka selama Senin-Sabtu dan tak pernah sepi pengunjung, baik penduduk lokal maupun wisatawan.

Di ruang galeri berukuran 13 meter x 23 meter itu terpajang beragam motif, bentuk, dan ukuran kain batik Sasambo, baik batik tulis, cap, maupun printing. Harga batik Sasambo bervariasi, dari Rp 60.000 per meter untuk batik printing hingga Rp 300.000 per helai ukuran 2 meter x 1,15 meter untuk batik tulis.

”Dulu, pendidikan SMK seni dan kriya hanya berkutat di tataran akademik sehingga pamornya turun dibandingkan otomotif ataupun teknik informatika dan komunikasi,” kata Tri Budi Ananto, Kepala SMKN 5 Mataram. Sekolah lantas berupaya mengembangkan industri kreatif lewat batik Sasambo.

Perkembangan bisnis dan produksi batik Sasambo SMKN 5 Mataram meningkat, termasuk pemesanannya. Batik itu jadi suvenir yang sering direkomendasikan kepada wisatawan.

Para pejabat di NTB, mulai dari gubernur, wali kota, hingga pimpinan dinas, menghadiahi tamu mereka dengan batik Sasambo. Batik Sasambo SMKN 5 Mataram pernah dipakai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat kunjungan kerja ke wilayah NTB.

Asyar Suharno, Wakil Kepala SMKN 5 Mataram Bidang Hubungan Industri dan Masyarakat, memaparkan, dukungan untuk mengembangkan batik Sasambo karya SMKN 5 Mataram datang dari Wali Kota Mataram. Ada surat edaran kepada semua dinas di Mataram agar pegawai menggunakan seragam batik Sasambo.

Ajakan berpameran di tingkat kota, provinsi, hingga nasional menjadi ajang memamerkan batik Sasambo. Promosi lewat pameran dan dari mulut ke mulut membuat batik Sasambo makin dikenal luas.

Salmah, Ketua Kompetensi Keahlian Kriya Tekstil SMKN 5 Mataram, menyebutkan, ada 300 motif yang diproduksi.

Pengembangan desain menjadi tanggung jawab guru. Namun, para siswa dirangsang untuk mengembangkan motif batik yang menarik masyarakat.

Wiwi Endang Sridwiyatmi, Wakil Kepala SMKN 5 Mataram Bidang Kurikulum, mengatakan, dalam mengembangkan produksi batik Sasambo, sekolah tidak melupakan pembelajaran bagi siswa. Sekolah melibatkan siswa untuk mengasah jiwa kewirausahaannya.

Pendapatan dari bisnis batik Sasambo lebih dari Rp 200 juta per tahun digunakan untuk tambahan anggaran pendapatan dan belanja sekolah. Dengan suntikan dana itu, sekolah membantu 62 persen siswa tidak mampu. ”Dana rutin dari pemerintah daerah hanya sekitar Rp 95 juta per tahun. Biaya operasional sekolah, termasuk membeli bahan praktik, membayar guru honor, dan pengeluaran lain, lebih dari itu. Pendapatan dari batik Sasambo sangat membantu,” ujar Tri.

Ajak alumni

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com