Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beasiswa yang Menggiurkan

Kompas.com - 11/09/2012, 03:51 WIB

Saat ini, banyak sekali lembaga yang menawarkan beasiswa menarik kepada para mahasiswa. Siapa saja bisa mengajukan permohonan beasiswa, tetapi harus melewati seleksi yang ketat. Sebagai mahasiswa, tak sepatutnya mudah menyerah dalam mendapatkan beasiswa.

ribuan mahasiswa berebut untuk mendapatkan beasiswa yang meringankan biaya kuliah. Beasiswa yang tersedia bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga sampai ke negara lainnya. Tentunya, penawaran beasiswa tersebut menggiurkan bagi mahasiswa.

Mengejar beasiswa memang bukan hal yang mudah. Seorang mahasiswa bisa berkali-kali melamar untuk mendapatkan beasiswa yang diinginkan. Berbagai usaha dan cara pun bisa dilakukan seorang mahasiswa untuk bisa mendapatkan beasiswa.

Isti Isnaryati, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial, Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta, mengatakan, setiap menjelang akhir semester, bisa dipastikan papan pengumuman akademik fakultas banyak menempel pengumuman beasiswa dari beberapa yayasan dengan berbagai persyaratan. ”Saya pernah mencoba mengikuti beberapa kali, dengan yayasan yang berbeda,” ungkapnya.

Pertama kali mencoba mendapatkan beasiswa, Isti melamar ke Yayasan Supersemar yang mensyaratkan sebuah karya ilmiah dan beberapa surat pengantar. Sayangnya, Isti tidak melanjutkan lamarannya karena waktu yang sempit. Kemudian dia juga mencoba beasiswa dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta.

”Hanya saja, karena mensyaratkan surat keterangan miskin dan saya bukan orang Jakarta, jadi sulit juga. Orang tua juga mengatakan tidak perlu membuat surat keterangan miskin karena masih mampu membiayai kuliah saya. Sampai sekarang, saya memang belum mendapat beasiswa, tapi saya belum mau berhenti mencobanya,” ungkap Isti.

Berbeda dengan Isti, Meisya Damayanti, mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Dia lebih beruntung dengan mendapat beasiswa unggulan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. ”Perjalanan saya mengejar beasiswa tidak mudah. Saya menjadi lulusan terbaik dari SMA Negeri 24 Bandung, kemudian oleh kakak sepupu disarankan untuk mengikuti seleksi beasiswa Kemendikbud ini,” ujar dia.

Bulan Februari, Meisya mulai memenuhi persyaratan administrasi yang dibutuhkan, kemudian datang ke kantor Kemendiknas di Jakarta. Awalnya, Meisya yang masih duduk di semester 3 ini merasa pesimis saat bertemu dengan pihak Kemendikbud untuk wawancara. Apalagi, pesaingnya juga banyak.

”Kalau tidak mendapatkan beasiswa Kemendikbud ini, saya sudah berjanji pada diri sendiri untuk mencari beasiswa yang lain, pokoknya sekolah harus dilanjutkan. Bulan April, barulah kabar gembira itu datang, saya mendapat beasiswa tiga kali, sampai dengan lulus S-1,” cerita Meisya yang mendapat beasiswa karena prestasinya saat SMA.

Beasiswa untuk mahasiswa

Kemendikbud menyediakan empat jenis beasiswa bagi calon mahasiswa dan mahasiswa yang sudah kuliah. Jenisnya adalah Beasiswa Pendidikan Bagi Mahasiswa Berprestasi (Bidik Misi), Prestasi Akademik, Olimpiade Sains Internasional (OSI), dan beasiswa unggulan. Tiga jenis beasiswa dikelola oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendiknas, sedangkan beasiswa unggulan dikelola oleh kantor Sekretariat Jenderal Kemendiknas.

Beasiswa OSI khusus diberikan kepada siswa SMA yang pernah menjuarai olimpiade, baik di tingkat nasional maupun internasional. Iwan Setiawan, staf Ditjen Dikti Kemendiknas yang mengurusi beasiswa menyatakan, para juara olimpiade otomatis akan mendapat surat keterangan dari Direktorat Pendidikan SMA Ditjen Kemendiknas.

”Kami hanya menerima surat keterangan atau rekomendasi dari mereka, tinggal para juara memilih mau kuliah di fakultas apa dan di perguruan tinggi mana,” kata Iwan beberapa waktu lalu.

Ada beberapa PTN siap menerima para juara itu, tetapi mereka harus memilih jurusan sesuai kemenangan siswa di forum olimpiade. Bila memilih jurusan lain, yang bersangkutan harus ikut tes sebagaimana calon mahasiswa reguler.

Sementara bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu bisa mengajukan untuk mendapat beasiswa Bidik Misi lewat fakultas masing-masing. Syaratnya, surat keterangan tidak mampu dan memiliki indeks prestasi komulatif minimal 2,75.

Untuk mahasiswa yang berprestasi di bidang akademik bisa mengajukan beasiswa Prestasi Akademik. Syarat utamanya, memiliki IPK minimal 3,0. Dan mahasiswa yang memiliki prestasi di bidang akademik dan non-akademik seperti olahraga, musik, tari, dan lainnya bisa melamar untuk mendapatkan beasiswa Unggulan.

Koordinator Program Beasiswa Unggulan Kemendikbud AB Susanto menyatakan, yang menarik, beasiswa unggulan juga diberikan kepada mahasiswa yang kuliah di perguruan swasta. ”Mereka boleh kuliah di dalam dan luar negeri. Kami juga berikan biaya hidup dan uang untuk pembelian buku sesuai kondisi di mana dia kuliah,” tambahnya.

”Kecanduan”

Beasiswa tak melulu mendapatkan keringanan biaya kuliah dari instansi dalam negeri. Banyak mahasiswa yang juga bisa meneruskan kuliahnya dengan mendapat beasiswa sampai ke negeri seberang.

Pengalaman mengejar beasiswa juga dialami dosen Jurusan Administrasi Publik Universitas Parahyangan, Tutik Rachmawati, yang saat ini sedang berada di Birmingham, Inggris, untuk meraih gelar doktoralnya. Setelah lulus dari Universitas Gadjah Mada, Tutik mengajar di Universitas Parahyangan dan kemudian mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di tingkat master dan doktoral.

”Upaya mencari beasiswa memerlukan persiapan panjang dan matang, dari hal-hal sepele yang bisa dikerjakan jauh-jauh hari sampai yang amat sulit. Semua pemberi beasiswa biasanya akan menempatkan penerima beasiswa di program internasional, yang berarti kemampuan bahasa Inggris amat penting untuk menunjang keberhasilan belajar,” ungkap Tutik.

Dia mendapatkan beasiswa NORAD untuk melanjutkan ke University of Bergen di Norwegia untuk Program M.Phil. Selain itu, dia juga mendapatkan beasiswa STUNED untuk program M.A. di Institute of Social Studies, Den Haag, Belanda, selama 16 bulan. Kemudian, untuk program doktoral, ibu satu anak itu mendapatkan beasiswa dari Japan Indonesian Scholarship Program–Joint Japan World Bank mengejar gelar PhD di bidang The Institute of Local Government Studies (INLOGOV) di University of Birmingham.

Tak hanya itu, Tutik menganggap pengalamannya mencari beasiswa yang beberapa gagal, membuat dia ”kecanduan” berburu beasiswa. Dia pun mendapatkan beasiswa belajar program jangka pendek di leadership training di Jepang, tepatnya di Kota Suzuka yang disponsori Honda, dan beasiswa Summer Course di Budapest, Hongaria.

Nah, tak ada salahnya kan mencoba berburu beasiswa. Bisa belajar sambil berkeliling ke negeri seberang. Belajar gratis, mendapat ilmu yang banyak. Ingat kata pepatah, kejarlah cita-citamu setinggi langit. (SIE/TRI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com